Selasa, 07 Oktober 2014

Widhi Tattwa

I.                   PENDAHULUAN
Sesungguhnya, setiap agama yang ada dan berkembang dimuka bumi ini, bertitik tolak kepada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Banyak hal yang mendorong kita harus percaya terhadap adanya Tuhan itu dan berlaku secara alami. Adanya gejala atau kejadian dan keajaiban di dunia ini, menyebabkan kepercayaan itu semakin mantap. Semuanya itu pasti ada sebab- musababnya, dan muara yang terakhir adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhanlah yang mengatur semuanya ini, Tuhan pula sebagai penyebab pertama segala yang ada.
Kendati kita tidak boleh cepat-cepat percaya kepada sesuatu, namun percaya itu penting dalam kehidupan ini. Banyak sekali kegiatan yang kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari hanyalah berdasarkan kepercayaan saja. Adanya pergantian siang menjadi malam, adanya kelahiran, usia tua, dan kematian, semuanya ini mengantarkan kita harus percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhanlah yang merupakan sumber dari segala yang terjadi di alam semesta ini.
Karena agama itu adalah kepercayaan, maka dengan agama pula kita akan merasa mempunyai suatu pegangan iman yang menambatkan kita pada satu pegangan yang kokoh. Pegangan itu tiada lain adalah Tuhan, yang merupakan sumber dari semua yang ada dan yang terjadi. Kepada-Nya-lah kita memasrahkan diri, karena tidak ada tempat lain dari pada-Nya tempat kita kembali. Keimanan kepada Tuhan ini merupakan dasar kepercayaan agama Hindu. Inilah yang menjadi pokok-pokok keimanan agama Hindu.
Untuk menciptakan kehidupan yang damai seseorang wajib memiliki sradha (kepercayaan) yang mantap. Seseorang yang sradhanya tidak mantap hidupnya menjadi ragu, canggung, dan tidak tenang dan juga akan terombang ambing.
Adapun pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu dapat dibagi menjadi lima bagian yang disebut dengan Panca Sraddha, yaitu percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi), percaya adalanya Atman, percaya adanya Hukum Karma Phala, percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/Samsara) dan percaya adanya Moksa.

II.                   PEMBAHASAN
2.1         Percaya dengan adanya Tuhan/Brahman (Widhi Sraddha).
Widhi Tatwa yang merupakan salah satu bagian dari panca sradha, yang menyatakan bahwa umat Hindu percaya dan yakin dengan adanya Tuhan, hal ini dapat di yakini dengan melalui cara-cara yang di sebut Tri Pramana yang berarti tiga cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan,atau cara bagaimana umat Hindu menjadi tahu tentang adanya sesuatu, dalah hal ini yaitu Brahman atau Tuhan.Ada pun bagian dari Tri Pramana adalah :
1.      Kepercayaan Umat Hindu terhadap adanya Brahman didasarkan pada kenyataan, Dimana para maharesi secara nyata dan jelas dapat menerima dan mendengar wahyu Tuhan, orang suci atau maharesi langsung menerima wahyu Tuhan yang di sebut sebagai Pratyaksa Pramana.
2.      Kepercayaan Umat Hundu terhadap adanya Brahman didasarkan pada logika atau gejala alam atau rahasia alam yang tidak dapat terpecahkan oleh manusia. Maka berdasarkan logika pasti ada penyebab atau sumber dari gejala keanehan alam raya ini,prnyebab atau sumber tersebut tiada lain adalah Tuhan Yang Maha Esa. Hal inilah yang di sebut sebagai Anumana Pramana.
3.      Kepercayaan Umat Hindu terhadap adanya Brahman didasarkan pada pemberitahuan orang lain yang di percaya atau berdasarkan ajaran agama atau Kitab Suci Veda. Dengan dasar ajaran Agama umat Hindu percaya dengan adanya Tuhan. hal ini yang disebut Agama Pramana.
Di dalam Arjuna Wiwaha tersebut bahwa dengan kesucian bathin seseorang dapat mengalami wujud Tuhan yang berbunyi sebagai berikut :
Caciwimbha aneng ghata mesi banu
ndan asing suci nirmala mesi wulan
iwa mangkana rakwa kiteng kadanin
ring angambeka yoga kieng sakala
(Arjuna Wiwaha, 11,1)

Bagaikan bulan didalam tempayan berisi air, di dalam air yang suci jernih terdapatlah bulan, demikianlah konon Dikau kepada makhluk, pada orang yang melakukan yoga Engkau menampakkan diri.

Dengan memperhatikan sajak di atas dapat kiranya kita menginsafi bahwa ajaran kerohanian adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui bukan benda-benda ilmiah isi alam yang maha besar ini , tetapi Penciptanya, dan alat untuk mengetahuiNya bukan kecerdasan akal ratio tetapi budi luhur yang akan memekarkan alat wahyu atau intuisi, yaitu salah satu bagian dari alam pikiran yang terdapat dalam diri manusia.
Tuhan yang Maha Kuasa , yang disebut juga dengan Hyang Widhi (Brahman) adalah ia yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari kuasanya. Di dalam Weda (Bhagawad Gita), Tuhan bersabda mengenai hal ini, yaitu sebagai berikut :
Etadyonini Bhutani
     sarvani ty upadharayana
aham kritsnasya jagatah
      prabhavah pralayas tatha
                              (Bh. G. VII. 6)
Ketahuilah bahwa semua insan mempunyai sumber-sumber kelahiran di sini. Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat kelaknya nanti.
2.2         Hyang Widhi Wasa Sebagai Hyang Tunggal Dengan Tri Cakti
   Dalam Kitab Suci Agama Hindu mengajarkan bahwa Tuhan itu hanya ada satu Beliau maha besar maha tahu dan ada dimana-mana yang menjadi sumber dari segala yang ada di alam raya ini.Tetapi dalam manisfestasinya atau perwujudannya sebagai Tri Murti, Tuhan yang hanya satu di percaya mempunyai Tiga wujud kekuatan. Tri yang berarti Tiga dan Murti yang berarti perwujudan, Tiga kekuatan atau kebesaran itu yang di maksud adalah :
1. Tuhan sebagai maha Pencipta,dalam wujudnya sebagai pencipta Tuhan di beri nama Dewa Brahma,dikatakan sebagai maha pencipta karena Tuhanlah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, Dewa Brahma di simbolkan dengan aksara suci A (Ang)
2. Tuhan sebagai maha pemelihara, Tuhan sebagai pemelihara yang melindungi segala ciptaanNya dalam manisestasinya sebagai pemelihara Umat Hindu menyebut Tuhan sebagai Dewa Wisnu, dan disimbolkan dengan aksara suci U (ung)
3. Tuhan sebagai maha pemrelina, pemreline berasal dari kata pralina yang berarti kembali pada asalnya, pemrelina berarti mengembalikan kepada asalny yang disebut juga sebagai pelebur, Tuhan sebagai pelebur umat Hindu menyebut Tuhan sebagai Dewa Siwa,dan disimbolkan dengan aksara suci M (Mang)
Di dalam Rg. Weda Samhita tercantum suatu sajak yang berbunyi sebagai berikut :
"Ekam sat wiprah bahudha wadanti
Agnim , Yamam, Mattriwanam
Hanya terdapat satu Kebenaran Yang Mutlak. Orang bijaksana menyebut dengan berbagai
nama. Agni, Yama, Matariswan

Demikian juga Upanisad bagian Weda yang terakhir menyebut suatu rumus :
"Ekam ewa adwityam Brahma"
Hanya ada satu Tuhan , idak ada yang kedua
      Memperhatikan wahyu yang dilimpahkan kepada para Rsi Weda sebagai yang tersebut di atas, teranglah bahwa hanya terdapat satu kekuasaan yang mengadakan (Utpatti), memelihara (Sthiti) dan mengembalikan pada asalnya (Pralina).
 Yang Maha Esa dan Maha Kuasa disimbulkan dengan aksara "OM" (A.U.M) yang disebut juga Omkara. Oleh karena itu tiap-tiap mantra harus dimulai dengan Om, sebagai inti kekuatan doa mantra itu hendaknya dapat menggentarkan dan menggerakkan alam semesta. Tuhan Yang Maha Tumggal, Ciwa Mahadewa, adalah Tuhan yang kekal dan abadi iada berawal dan berakhir (Anadi dan Ananta) tidak ada yang menciptakan atau melahirkan, melainkan mencipta atau melahirkan diri sendiri.
Oleh karena itu Ia disebut "Swayambhu"
Swayam-sendiri dan bhu-lahir. Didalam perwujudanNya sebagai sumber kekuatan hukum alam dan sumber hidup segala mahluk Ia disebut Parama Ciwa atau Nirguna Brahma. Parama Ciwa (Nirguna Brahman)adalah Roh atau Paramatma, Bhuwana Agung Makro Cosmos dan Jiwatman,Atma atau Ciwatman adalah bagianNya yang menjadi roh tiap-tiap mahluk. Parama Ciwa (Nirguna Brahman) bersenyawa dengan kekuatan hukum kodratnya (Cakti) yang juga disebut Maya Tattwa atau Acetana, hingga menjadi maha kuasa dan bergelar Sada Ciwa atau Saguna Brahma atau Icwara yang mengadakan,memelihara pada waktu alam tercipta (Srsti) dan melenyapkan alam semesta kedalam kekosongan pada waktu kiamat (Pralaya).  
Pengertian Dewa dalam Agama Hindu adalah Kata Dewa muncul dari kata Deva atau Daiwa dalam bahasa sansekerta yang berasal dari kata Div yang berarti Sinar, jadi Dewa adalah merupakan perwujudan sinar suci Tuhan Yang Maha Esa.
Disamping Tri Murti dalam agama hindu juga ada dewa dan dewi yang di percaya sebagai manispestasi dari Tuhan, seperti di bawah ini :
· Agni (Dewa api)
· Aswin (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)
· Candhra (Dewa bulan)
· Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)
· Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)
· Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)
· Kuwera (Dewa kekayaan)
· Laksmi (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu)
· Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahma)
· Sri (Dewi pangan)
· Surya (Dewa matahari)
· Waruna (Dewa air, Dewa laut dan samudra)
· Bayu (Dewa angin)
· Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati.
2.3         Cadu Sakti dan Asta Sakti
Selain daripada Tri Sakti Sada Siwa , Hyang Widhi Wasa, Saguna Brahma tersebut juga sebagai Tuhan yang mempunyai empat sifat yang Maha Kuasa yang disebut Catuh, Catur atau Cadu Sakti. Adapun keempat sifat Mahakuasa yang disebut Cadu Sakti yaitu :
1.      Wibhu sakti artinya Tuhan bersifat maha ada, meresap memenuhi bhuana. Tiada tempat yang tidak dipenuhi oleh Tuhan, dimana-mana Dia aelalu hadir. Kekosongan ruang angkasa dipenuhi oleh wujudNya yang maha suksma(gaib) dan besar.
Tuhan yang bersifat Maha Ada juga berada di setiap makhluk hidup di dalam maupun di luar dunia (imanen dan ransenden). Tuhan meresap di segala tempat dan ada di mana-mana (Wyapi Wyapaka) serta tidak berubah dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam Upanisad disebutkan bahwa Hyang Widhi adalah telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata daari segala mata. , namun Hyang Widhi itu bersifat gaib dan abstrak tetapi ada. Di dalam Bhuana Kosa disebutkan sebagai berikut :
      "Bhatara Siwa sira wyapaka
      sira suksma tan keneng angen-angen
      kadiangganing akasa tan kagrahita
      dening manah muang indriya
Artinya :
Tuhan (Siwa) , dia ada di mana-mana, Dia gaib sukar dibayangkan , bagaikan angkasa (ether), Dia tidak dapat ditangkap oleh akal maupun Panca Indriya.
Walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir di mana-mana. Beliau bersifat wyapi-wyapaka, meresapi segalanya. Tiada suatu tempat pun yang Beliau tiada tempati. Beliau ada di sini dan berada di sana. Tuhan memenuhi jagat raya ini.
2.      Prabhu sakti, artinya Tuhan bersifat maha kuasa. Menguasai alam sebagai pencipta (uttpeti), pemelihara (sthiti), dan dapat menghilangkan segala isi alam pada waktu hari kiamat ( Pralaya atau Pralina). Segala sesuatu terjadi karena kodrat dan kekuasaannya. Hyang Widhi menguasai segalanya baik yamg sekala maupun niskala. Tuhan bebas dari segalanya. Dalam Sloka 9 Bab VI kitab Sweta Swetara menyebutkan mengenai ke-Mahakuasaan Sang Hyang Widhi yang berbunyi sebagai berikut :
      "na tasya kascit patir asti loke, n cesita naiwa ca tasya lingam
      na karenam karanadhipa –adhipo, na casya kascijjanita na cadhipah"
Artinya :
Di dalam alam semesta ini tidak ada seorang makhluk yang menjadi ahli yang kemampuannya melebihi Brahman. Tidak ada penguasa yang kekuasaanya melebehi Brahman, Bahkan tidak ada sesuatu lingga yang dapat menjadi tanda kehadiran Beliau, di suatu tempat. Brahman adalah menjadi penyebab munculnya segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Brahman adalah Maha Penguasa yang menjadi Jagat Karana. Tidak asa yang menjadi orang tua ataupun raja nagi Brahman.
3.      Jnana sakti, artinya Tuhan bersifat maha tahu. Tuhan mengetahui segala kejadian dan segalayang ada dialam yang kelihatan maupun yang gaib sekala dan Niskala. Tiada suatu perbuatan dan kerja mahluk yang tidak diketahuiNya. Oleh karena itu dalam ajaran kerohanian agama Dia disebut saksi Agung yang mengetahui tingkah laku, gerak langkah, amal dan dosa semua mahluk, hingga manusia tidak dapat mengingkari dosa dan perbuatannya.  Di dalam kitab Arjuna Wiwaha disebutkan "
      "Yas thisthati carati yasca vancati
      Yo nilayam carati yah pratankam
      dvau samnisadya yanmantrayete
      raja tad veda varunas trtiyah
                                          (Arjuna Wiwaha IV.16.2)
Artinya :
Siapapun berdiri , berjalan atau bergerak sembunyi-sembunyi, siapapun yang membaringkan diri atau bangun, apapun yang dua orang duduk bersama bisikan satu dengan yang lain , semuanya itu diketahui oleh Tuhan (Sang Raja Alam Semesta), ia adalah yang ketiga hadir disana.
4.      Kriya sakti, artinya Tuhan bersifat maha karya. Tuhan dapat membuat apa yaang dikehendakiNya. Seberapaun hebatnya manusia dalam menciptakan sesuatu, tidak ada yang bisa menyaingi Beliau. Cobalah diamati, alam semesta kita, Hyang Widhi menciptakannya dengan sangat indah. Tak ada yang mampu menandingi karya agungnya. Beliau menciptakan segala sesuatunya dengan pertimbangan. Segala sesuatunya diciptakan dengan teliti dan sempurna. Beliau menciptakan alam dengan kemahakuasaannya dan kembali kepadaNya pada saat pralaya.
Kita tidak pernah mengetahui kapan dunia diciptakan. Setiap saat terjadi penciptaan dan setiap saat terjadi peleburan. Tetapi yang jelas , Sang Hyang Widhi selalu bekerja, tidak pernah berhenti.
Selain dari pada keempat Sakti itu, Sada Siwa (Saguna Brahma) mempunyai delapan sifat mahakuasa yang disebut Asta Sakti atau Asta Aiswarya yang berarti delapan kemahakuasaan Tuhan , antara lain :
1.      Anima berasal dari kata anu yang berarti kekuaan atom, Anima berarti kecil sekecil-kecilnya, lebih kecil dari atom
2.      Laghima, berasal dari kaha laghu yang berarti tingan, Laghima berarti ringan seringan ringannya, lebih ringan dari udara
3.      Mahima berasal dari kata Maha yang berarti maha besar, Mahima berarti maha besar, memenuhi alam semesta
4.      Prapti berasal dari kata prapta yang berarti tercapai, Prapti berarti dapat mencapai segala tempat yang dikehendaki
5.      Prakamya berasal dari kata Pra-Kama yang berarti segala keinginan dapat tercapai
6.      Isittwa berasal dari kata Ica yang berarti raja, Isitwa berarti maharaja atau raja diraja
7.      Wasitwa berarti maha kuasa dan mengatasi segala-galanya
8.      Yatrakamawasayitwa berarti segala kehendaknya tak ada dapat menentang
Kedelapan sifat keagungan Sada Ciwa, Tuhan yang maha kuasa, Saguna Brahma Hyang Widhi Waca ini, disimpulkan dengan singasana teratai (Padmasana) yang berdaun bunga delapan (Astadala). Singasana teratai (padmasana)hyang widhi waca, SadaCiwa adalah lambang simbul kemahakuasaanNya, dan daun bunga teratai berjumlah delapan helai (astadala) itu adalah delapan sifat agung kemahakuasaan AstaCakti atau Astaicwarya sada Ciwa, Raja yang menguasai dan mengatur alam semesta dan mahluk hidup. 
2.4         Kegaiban dan keajaiban sifat Tuhan (Widhi Suksma)
            Wujud Tuhan Hyang Widhi (Brahma), beliau sering disebut wujud “Hana tan hana”, yaitu eujud yang ada tetapi tidak ada. Karena gaibnya sering dalam sastra-sastra atau tattwa-tattwa, wujudNya itu dipersoalkan sebagai teka teki belaka. Walaupun tidak bertubuh, tidak berdarah, tidak pernah makan, tidak pernah bernafas namun Tuhan hidup. Tuhan( Brahma) tidak berontak tetapi dapat berfikir, tidak beralat perasaan atau berurat saraf namun dapat merasakan, tidak bertangan tetapi dapat melakukan pekerjaan, tidak bermata dapat melihat, tidak berhidung dapat mencium, tidak bertelinga dapat mendengar, bahkan kata hati semua mahluk hiduppun dapat didengarNya.  Di dalam Dangdang Bang Bungalan disebutkan :
"ya iku sengguh anakku sira a nunggalaken bhuwana
ngaranika, nihan ta upamanta sira waneh kalinganya
kadyangganing manuk sang manom , mur tan pahelar
melesat tan pacikara, manon ndatan pamata, mangrengo tan
patalingan mangambu tan pagrana, magamelan tan
                                                (Dangdang bang Bungalan )
Artinya :
Ya itulah anakku disebutlah Ia yang menunggalkan buana. Adapun perumpamaannya , jelasnya lagi ,Yang Maha Tahu ( Tuhan) bagaikan burung, terbang dengan tiada bersayap , kian kemari dengan tiada berkepala, melihat tiada dengan bersayap, kian kemari dengan tiada berkepala, melihat tiada dengan bermata, mendengar tiada dengan bertelinga, mebau tiada dengan berhidung, memegang dengan tiada bertangan, bergerak dengan tiada berkaki, merasakan dengan tiada berperasaan, melahirkan dengan tiada bertanda (betina atau jantan ), tiada beranak namun membiak, tiada berperut tetapi hidup, tidak bermulut namun Ia dapat menikmati, idak berlidah api dapat merasakan.
            Demikianlah kegaiban dan keajaiban Hyang Widhi yang karena abstrak (suksma) wujudNya sukar dibayangkan dan sangat mengagumkan.
2.5         BRAHMANDA
Brahmanda merupakan telur Brahma( Ciwa). Yang dimaksud dengan telur Brahma ialah benda-benda berbentuk sebagai telur yang terdapat diangkasa, yaitu matahari, jutaan planet-planet, bintang dan bulan. Terutama planet kecil tempat kita hidup yang disebut dunia. Di dalam filsafat atau tattwa-tattwa Brahma dan Brahmanda Tuhan dan telurNya, yang menjadi isi alam semesta ini .
Didalam ruang angkasa yang maha luas berserakan jutaan Brahmanda ruang angkasa, yaitu matahari, palanet, bintang,-bintang dan bulan-bulan. Tiap-tiap Brahmanda disebut Bhuh Bhur atau Bhur Loka yang artinya bumi atau Lithosphere. Bhuh Bhur Loka dikelilingi oleh lapisan yang disebut Bhuwah Loka, yakni udara, atau atmosphere. Dan diluar bhuwah Loka terdapat Swah Loka yang berarti tempat diluar bumi dan hawa, yang terkenal dengan nama ruang angkasa atau stratosphere. Mahluk alam terbuka hanya dapat hidup di bhuwah loka (bumi) karena memerlukan hawa, makanan dan tempat. Sedamgkan roh manusia yang sudah suci biasanya hidup di Swah Loka. Oleh karena itu tempat tuhan, dewa-dewa dan lain-lain disebut Swarga yang berasal dari kata Swah atau Swar dan kata ga.
Dengan pernyataan – pernyataan di atas sangat jelas, umat Hindu bukan menganut Politheisme, melainkan umat Hindu menganut Monotheisme yaitu mengakui dan percaya dengan adanya satu Hyang Widhi atau Tuhan Yang maha Esa.
Hindu sangat lengkap, dan fleksibel. Tuhan dalam Hindu di insafi dalam 3 aspek utama, yaitu Brahman ( Yang tidak terpikirkan ), Paramaatma ( Berada dimana-mana dan meresapi segalanya ), dan Bhagavan ( berwujud ).
Di dalam Narayana Upanisad tersebutlah suatu doa pujian yang hingga kini masih didoakan oleh para pendeta di Bali pada upacara yang penting mengenai munculnya alam semesta dari tubuh Hyang Widhi dengan gelar Narayana yang bunyinya :
"Om Atha Purusa hi wai Narayano kamayato prajah
srjayati, Narayanat prano jayate manah sarwendriyani
ca, kham wayur jyotir apah prthiwi wicwasa dharana"
Artinya :
Maka Tuhan Purusa (yang bergelar) Narayana dengan kodratnya Ia mengadakan semua makhluk. Dari Narayana timbul tenaga hidup, alam pikiran dan semua indriya, ether., hawa sinar zat cair dan benda padat yang menjadi dasar semesta alam.

3.1         PENUTUP
Percaya terhadap Tuhan mempunyai pengertian yakin dan percaya terhadap Tuhan itu sendiri, Yakin dan percaya ini merupakan pengakuan atas dasar keyakinan bahwa sesungguhnya Tuhan itu memang ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Tuhan yang disebut juga Hyang Widhi  (Brahman), adalah ia yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasa-Nya, Ia sebagai pencipta, sebagai pemelihara dan pelebur alam semesta ini dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala yang ada. Untuk menimbulkan rasa bhakti kepada Tuhan yang berwujud suksma (abstrak) maka perlu yakin dahulu dengan ada-Nya. Seseorang tidak mungkin akan dapat sujud bhakti kepada Tuhan apabila ia tidak percaya akan adanya Tuhan. Oleh karena itu terlebih dahulu perlu adanya Sraddha atau keyakinan.


DAFTAR PUSTAKA

Sumantra, I Nengah.2009. Dasar-Dasar Agama Hindu. Denpasar : Fakultas Dharma Acarya IHDN.
Pidarta, Made. Prof. Dr, 1999. Hindu untuk Masyarkat Umum, Surabaya : Paramita
Wiana, Ketut. 2004. Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan, Jakarta : Pustaka Manikgeni
Oka Netra, Gde. Drs. 1997. Tuntunan Dasar Agama Hindu, Jakarta : Hanoman Sakti
Maswinara, I Wayan. 2002. Konsep Panca Sraddha, Surabaya : Paramita
Budiana.2013, Panca Sradha http://budiana04.blogspot.com/2013/03/panca-sradha_3198.html (di akses tanggal 17 Desember 2013)










 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar