Senin, 06 Oktober 2014

Pengaruh Kebudayaan China di Indonesia

Pengaruh Kebudayaan China di Indonesia

Pengaruh Kebudayaan China di Nusantara telah dirasakan sejak abad ke- 13 sampai saat ini. Banyak etnis China atau lebih dikenal dengan bangsa Tionghoa melakukan perkawinan dengan masyarakat pribumi yang menghasilkan keturunan yang dinamakan “peranakan”. Dari perkawinan tersebut maka terjadilah alkulturasi budaya.
Pengaruh kebudayaan China di Indonesia antara lain :
1.Batik
Batik China adalah jenis batik yang dibuat oleh orang-orang China atau peranakan yang pada mulanya menampilkan pola-pola dengan ragan hias satwa mitos China, seperti naga, siang, burung  phoenix (burung hong), kura-kura, kilin (anjing berkepala singa), serta dewa dan  dewi Kong Hu Chu.
Ada pula ragam hias yang berasal dari keramik China kuno, serta ragam hias berbentuk mega dengan warna merah atau merah dan biru.


Pada perkembangannya, Batik China menampakkan pola-pola yang lebih beragam, antara lain pola-pola dengan pengaruh ragam hias Batik Keraton seperti yang terlihat pada Batik Dua Negeri dan Tiga Negeri.

Daerah perkembangan Batik China meliputi daerah pesisir maupun pedalaman dengan nuansa yang dipengaruhi lingkungan. Daerah tersebut adalah Cirebon, Pekalongan, Lasem, Demak dan Kudus.

Lasem terkenal dengan selendang lokcan-nya (burung phoenix) sebagai ragam hias utamanya, sedangkan Demak dan Kudus mempunyai ciri khas dalam isen latar, antara lain "gabah sinawur", "dele kecer" dan "mrutu sewu".

Pekalongan sebagai tempat terdapatnya perusahaan-perusahaan Batik China, menghasilkan karya-karya "terbaik" seperti Oey Soe Tjoen, The Tie Siet, Oey Kok Sing dan lain-lain, mempunyai ciri khas produk yang terpengaruh budaya Belanda

2.Musik
Adapun budaya Indonesia yang merupakan pembauran atau gabungan dari budaya China adalah orkes gambang kromong salah satunya. Orkes gambang kromong yang semulanya hanya digemari oleh kaum peranakan China saja pada waktu abad ke-18, lama kelamaan di gemari pula oleh golongan pribumi, karena berlangsungnya proses pembauran. Secara fisik unsur China tampak pada alat-alat musik gesek yaitu Tehyan, Kongahyan dan Sukong, sedangkan alat musik unsur pribumi yaitu Gambang, Kromong, Gendang, Krecek dan Gong. Perpaduan kedua unsur kebudayaan ini tampak pula pada perbendaharaan lagu-lagunya, lagu-lagu yang menunjukkan sifat pribumi seperti Jali-jali, Surilang, Lenggang-lenggang kangkung dan sebagainya, terdapat pula lagu-lagu yang jelas bercorak China, baik nama lagu, alur melodi maupun liriknya seperti Kong Jilok, Phe Pantaw, Sipatmo dan sebagainya. Sebutan untuk tangga nadanya pun berasal dari bahasa China yaitu Syang atau Hsyang, Ceh atau Tse, Kong, Oh atau ho, Uh Lio atau Liu dan Suh. Jadi bisa disimpulkan bahwa kedatangan dan keberadaan bangsa Tionghoa di Indonesia membawa banyak pengaruh ke dalam budaya Indonesia

3.Kosa Kata
Dalam kosa kata sehari-hari banyak istilah China yang sudah dianggap ‘punyanya’ orang Betawi. Padahal bukan. Seperti sebutan bilangan cepek (100), gopek (500), seceng (1000), atau panggilan engkong (kakek), sebutan Wa (yang diserap menjadi Gua, saya), dan Lu (kamu).
Kata-kata sebutan itu identik sekali dengan bahsa Betawai. Menurt sejarawan, hal itu karena memang jaman dahulu orang-orang Betawi dan China sudah bersosialisasi, baik sebagai teman,sahabat, relasi bisnis atau hubungan pembantu-majikan.

4.Pakaian
Demikian pula dengan busana, terutama busana tradisional Betawi. Busana tradisional kaum pria Betawi, menurut Ridwan Saidi, terdiri dari celana batik, baju tikim warna putih, kain plekat yang disampirkan di bahu, penutup kepala atau ikat batik. Baju tikim itulah yg berasal dari Tionghoa. Pakaian pengantin tradisional Betawi juga demikian, banyak dipengaruhi kebudayaan Tionghoa.

5.Arsitektur
Di bidang asrsitektur, pengaruh Tionghoa juga cukup kuat mempengaruhi orang Betawi ketika membangun rumah. Bagian depan rumah Betawi diberi hiasan pembatas berupa langkan (China: lan-kan, red). Lalu agar tampak indah dan tidak kusam, pintu dan jendela harus dicat (chat) ulang setiap tahun.
Di dinding tergantung lonceng (lo-ceng). Penghuni rumah tidur di pangkeng (pang-keng) ‘kamar tidur’. Sebelum tidur orang tentunya ingin kongko (kong-kou) atau ‘mengobrol’ terlebih dahulu sambil minum teh (te) dan makan kuaci (koa-ci). Sementara Ta’pang (tah-pang) ‘balai-balai’ atau ‘dipan’ dipakai untuk rebah-rebahan sambil bersantai.
Untuk memasak di dapur ada langseng (lang-sng) yang artinya kurang lebih ‘dandang’, anglo (hang-lou) ‘perapian dengan arang’. Meja bisa dibersihkan dengan topo’ (toh-pou) atau ‘lap meja’, atau pakai kemoceng (ke-mo-cheng) ‘bulu ayam’ untuk menghilangkan debunya. Untuk mengumpulkan sampah yang sudah disapu ada pengki (pun-ki). Sementara di tempat-tempat becek dulu orang suka memakai bakiak (bak-kiah).

6.Makanan
Di bidang makanan ada nama kecap yang berasal dari kata ke-ciap. Lalu nama-nama jenis bahan makanan seperti,  Mi (mi), bihun (bi-hun), tahu (tau-hu), toge (tau-ge), tauco (tau-cioun), kucai (ku-chai), lokio (lou-kio), juhi (jiu-hi), ebi (he-bi), dan tepung hunkwee (hun-koe) tak terpisahkan dari kuliner Betawi.

7.Pertunjukan
a. Barongsai
Menjelang perayaan Cap Go Meh, atraksi Barongsai di berbagai kawasan di Indonesia,  terus digelar dari tempat ke tempat.. 

Atraksi Barongsai ini menjadi tontonan warga yang kebetulan melintas atau memang bekerja di kawasan itu. Bagi warga yang bermukim di kawasan ini yang kebanyakan warga etnis Cina tentunya punya makna tersendiri. Atraksi Barongsai ini merupakan ungkapan rasa syukur atas apa yang telah didapat sepanjang tahun. 

Atraksi Barongsai ini biasanya juga berdasarkan 'booking'. Kalau ada yang memboking mereka untuk tampil di suatu tempat barulah mereka mengadakan atraksi. 

Umumnya yang memesan adalah orang Cina juga, tapi tidak jarang pula mereka dipesan oleh non Cina. Tujuannya mungkin berbeda, kalau orang Cina pasti dengan harapan dapat berkah sekaligus mengungkapkan rasa syukur, sedangkan orang non Cina hanya karena memang menyukai Barongsai, mungkin hanya sekedar hiburan saja. 

Cap Go Meh adalah hari ke lima belas setelah tahun baru Imlek yang mana pada hari itu menjadi hari puncak peringatan tahun baru. Pada hari itu akan ada ritual dan sembahyang di vihara. Sementara itu Barongsai, sebenarnya adalah akulturasi budaya orang Cina di Indonesia, karena istilah Barongsai cuma ada di Indonesia. Sementara di negeri Cina sendiri hanya dikenal Liong Samsi atau sering dikenal dengan Festival Naga.
b. Wayang Potehi

Wayang potehi merupakan salah satu jenis wayang khas tionghoa yang berasal dari cina bagian selatan. Kesenian ini dibawa oleh perantau etnis tionghoa ke berbagai wilayah nusantara pada masa lampau dan telah menjadi salah satu jenis kesenian tradisional indonesia. Cerita yang ditampilkan berasal dari legenda rakyat tiongkok, seperti sampek engthay, sih djienkoei, capsha thaypoo, sungokong, dll.



5 komentar:

  1. Terkena masalah kehidupan, usaha seret, pasangan selingkuh kabur, karir macet dll.Solusi dg doa2 dan ritual2 khusus.Hub : 0815 6766 2467.

    BalasHapus
  2. Artikel menarik... Berbagi video tentang Ganti Wajah Opera Sichuan di youtube JTdn8XaPp-I
    Baca juga artikel di "stenote-berkata blogspot" in folder November 2017

    BalasHapus
  3. Pada zaman masehi warga indo lebih banyak memilih budaya cina atau India ya???

    BalasHapus