A. Perkembangan
Jiwa Pada Masa Remaja
Masa
remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak
menuju dewasa. Masa remaja juga dapat dikatakan perpanjangan masa kanak-kanak
sebelum mencapai dewasa. Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa,
masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang yang menghubungkan
antara masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan dengan masa dewasa yang matang.
Masa
remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan
fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya. Masa remaja ini sangat penting
dalam kehidupan, karena pada masa inilah masa remaja mencari identitasnya.
Para
ahli psikologi dan pendidikan belum sepakat mengenai rentang usia remaja.nada
yang berpendapaat usia remaja mulai dari 13-19 tahun, adapula pendapat lain
tentang usia remaja dimulai dari usia 13-21 tahun. Dalam bidang agama, para
ahli psikologi agama menganggap bahwa kemantapan beragama biasanya tidak terjadi
sebelum usia 24 tahun.
Pada
umumnya masa remaja dibagi menjadi 3 diantaranya yaitu :
1. Masa
remaja awal (12-15 tahun)
Pada
masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak dan berusaha
mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang
lain.
2. Masa
remaja pertengahan (15-18 tahun)
Pada
masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Teman
sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu
mengarahkan dirinya sendiri.
3. Masa
Remaja akhir (18-21 tahun)
Pada
masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa.
B. Perkembangan
Perasaan Beragama Pada Masa Remaja
Perkembangan
perasaan beragama pada masa remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan
rohani dan jasmaninya. Menurut W. Starbuck perkembangan tersebut diantaranya
yaitu :
1. Pertumbuhan
pikiran dan mental
Ide
dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya
sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama
mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah
kebudayaan, social, ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.
2. Perkembangan
perasaan
Pada
masa remaja berbagai perasaan telah berkembang. Perasaan social, etis dan
estesis mendorong remaja untuk menghayati kehidupan yang terbiasa dalam
lingkungannya.
3. Pertimbangan
sosial
Keagamaan
pada masa remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan
keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Pada
masa remaja sangat bingung menentukan pilihan, karena kehidupan duniawi lebih
dipengaruhi kepentingan akan materi. Hal ini membuat remaja jiwanya lebih
cenderung bersikap materialistis.
Perkembangan
sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga
dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
kelompok tradisi dan moral, dan salah tugas perkembangan masa remaja yang
tersulit adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial.
4. Perkembangan
moral
Perkembangan
moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk
mencari proteksi. Perkembangan moral pada masa ramaja terjadi melalui
pengalaman-pengalaman dan kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orangtua.
Perkembangan
moral ini agama sangat berperan penting dalam jiwa agama, sebagian orang
berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak
dewasa ini. Sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan dan bertentangan
dengan kehendak dan pandangan masyarakat.
5. Sikap
dan minat
Sikap
dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan
hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang
mempengaruhi mereka
6. Ibadah
.
C. Sikap
Remaja dalam Beragama
Adapun
sikap remaja dalam beragama, diantaranya yaitu :
1. Percaya
ikut-ikutan
Kebanyakan
remaja percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama karena terdidik dalam
lingkungan beragama, karena ibu bapaknya beragama, teman-teman dan masyarakat
sekelilingnya yang beribadah, maka mereka ikut percaya dan melaksanakan ibadah
dan ajaran-ajaran agama sekedar mengikuti suasana lingkungan hidup.
Percaya
ikut-ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan secara sederhana yang didapat
dari keluarga dan lingkungannya. Hal ini biasanya terjadi pada masa remaja awal
(13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang dengan cara yang lebih kritisdan
sadar, sesuai dengan perkembangan psikisnya.
2. Percaya
dengan kesadaran
Kesadaran
beragama atau semangat agama pada masa remaja itu dimulai dengan cendrungnya
remaja meninjau dan meneliti kembali cara ia beragama pada masa kecil dulu.
Biasanya semangat agama pada masa remaja ini terjadi pada usia 17 tahun atau 18
tahun.
Adapun
semangat ini di bagi jadi 2, diantaranya yaitu :
a. Semangat
Positif
Semangat
agama yang positif yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak
mau lagi menerima hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan
membebaskan dari bid’ah dan khurafat dari kekakuan dan kekototan. Mereka juga
ingin mengembangkan dan meningkatkan agama sesuai dengan perkembangan
pribadinya.
b. Semangat
negative
Semangat
agama yang negative ini yaitu kecendrungan remaja untuk mengambil pengaruhdari luar
ke dalam masalah-masalah keagamaan. Seperti bid’ah, khurafat, dan
kepercayaan-kepercayaan lainnya.
3. Kebimbangan
beragama
Sesungguhnya
kebimbangan beragama itu masih bersangkut paut dengan semangat agama.
Kebimbangan agama itu menimbulkan rasa dosa pada remaja,dia ingin tetap pada
dalam kepercayaannya, akan tetapi di lain pihak timbul peranyaan-pertanyaan
disekitarnya yang tidak dapat ia jawab.
Kebimbangan
terhadap ajaran agama yang pernah diterimanya tanpa kritik waktu kecilnya itu
merupakan tanda bahwa kesadaran beragama telah terasa oleh remaja. Biasanya
kebimbangan itu mulai menyerang remaja, setelah pertumbuhan kecerdasan mencapai
kematangannya, sehingga ia dapat mengeritik, menerima atau menolak apa saja
yang diterangkan kepadanya.
Kebimbangan
remaja terhadap agama itu tidak sama, berbeda antara satu dengan yang lainnya
sesuia dengan kepribadiannya masing-masing. Ada yang mengalami kebimbangan
ringan dan kebimbingan berat.
4. Tidak
percaya kepada Tuhan
Salah
satu perkembangan yang mungkin terjadi pada akhir masa remaja adalah tidak
percaya adanya Tuhan dan menggantinya dengan keyakinan lain. Perkembangan
remaja pdaarah tidak mempercayai adanya Tuhan itu, sebenarnya mempunyai akar
atau sumber dari kecilnya. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaaan
atau kezhaliman orang tua kepadanya, maka ia telah memendam suatu tantangan
terhadap kekuasaaan orangtua serta kekuasaan siapapun.
D. Faktor
– Faktor Keberagamaan
Adapun
menurut Robert H. Thouless mengemukakan empat faktor keberagamaan, diantaranya
yaitu :
1. Pengaruh-pengaruh
sosial
Pada
faktor sosial ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap
keberagamaan yaitu : pendidikan orangtua,tradisi-tradisi social dan
tekanan-tekanan lingkungan social untuk menyesuaikan diri dengan pendapatdan
sikap yang di sepakati oleh lingkungan.
2. Pengalaman
Pada
umumnya ada anggapan bahwa kwhadiran keindahan, keselarasan dan kebaikan yang
dirasakan dalam dunia nyata memainkan peranan dalam pembentukan sikap
keberagamaan. Dengan merenungkan keadaan disekeliling, kita akan keindahan yang
meliputi segalanya, jiwa yang suci akan dapat mendengar dan melihat
indahnya alam disekeliling. Yang mana akhirnya kita akan sampai pada kesadaran
jiwa akan keagungan Allah sebagai sang pencipta.
3. Kebutuhan
Pada
faktor ini yang dianggap sebagai sumber keyakinan adalah kebutuhan-kebutuhan
yang tidak dapat dipenuhi secara sempurna, sehingga mengakibatkan terasa adanya
kebutuhan akan kepuasan agama.
4. Proses
pemikiran
Manusia
adalah makhluk berfikir, salah satu pemikirannya adalah bahwa ia membantu
dirinya untuk menentukan keyakinan-keyakinan mana yang harus diterimanya dan
mana yang harus ditolak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar