Minggu, 05 Oktober 2014

Metode Mengajar

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam suatu proses belajar menggajar guru harus memiliki strategi pembelajaran yang baik agar dalam suatu proses pembelajaran siswa dapat belajar dan memahami pembelajaran tersebut secara efektif dan efesien. Salah satu langkah agar suatu strategi pembelajaran tersebut berjalan dengan efektif dan efesien, guru harus menguasai teknik-teknik penyajian dalam proses belajar mengajar atau yang disebut dengan “Metode Mengajar”
Metode Mengajar adalah teknik penyajian pembelajaran yang harus dikusai oleh guru untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat di tangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Salah satu kedudukan dari metode mengajar menurut Sardiman.A.M. (1988:90) dalam bukunya Drs. Aswan Zain (1995: hal 73) adalah sebagai alat motivasi eksterinsik (alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan semangat belajar seseorang), selain fungsi metode mengajar ialah untuk mempermudah dalam pencapaian strategi pembelajaran.
Maka dari itu metode mengajar sangat perlu dikuasai oleh guru agar dalam suatu proses pembelajaran siswa dapat belajar secara efektif dan efesien guna untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Kedudukan Metode dalam Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik.dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru gunakan untuk gimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berfikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh seorang guru.
Dari hasil analisis yang di lakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

1.                   Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Salah satu komponen  pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnyadalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode pengajaran. Ini bebrarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsikdalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman.A.M.(1988:90) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang  dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru mementukan metode yang bagaimana yang di pilih guna menunjang pencapaian tujusn yang telah dirumuskan tersebut.
Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena meraka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Pengunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik. Jalan pengajaran tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah belajar. Kejenuhan dan kemalasan yang menyelimuti kegiatan belajar mengajar anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi  guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam peyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Ini berarti metode berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengaja.
Akhirnya, dapart dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan srbagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
2.      Metode Sebagai Strategi Pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif  lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat.  Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap pelajar yang diberikan oleh guru. Cepat lamabatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
        Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut diatas , memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode tannya jawab, tetapi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih mudah menyrap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode demonstrasi atau metode eksperimen.
        Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra.Roestiyah,N.K(1989:1), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknikpenyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian , metode mengajar adalah trategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3.      Metode Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita  yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang member arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Itu sama artinya perbuatan yang sia-sia. Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan sama halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sukar untuk mnyeleksi mana kegiatan yang harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan dalam upaya untuk mencapai keinginana yang dicita-citakan.
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah mencapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelican jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sialah perumusan tujuan tersebut. Apalah artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan.
Jadi, guru sebaiknya mengunaka metode yang dpat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehinngga dapat dijadika sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.

2.2       Memilih dan Penentuan Metode Mengajar
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan instruksional khusus. Jarang sekli terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenannya, guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakann untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adannya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
1.                  Nilai Strategi Metode
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilain pendidik. Didalam terjadinya interaksi edukatif  antara guru dan anak didk, ketika guru menyampaikan  bahan pelajaran kepada anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan iyu aka kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Disilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam dalam peyampaian bahan pelajaran.
Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justruakan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pelajaran.  Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan  oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan tujuan pengajaran. Karna itu dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strateginya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru sebaiknya memperhatikan dalam penilaian dan penentuan metode sebelum kegiatan belajar dilaksanakan dikelas.
2.                  Efektivitas Penggunaan Metode
Ketika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagian besar anak didik membuat kegaduhan, ketika anak didik menunjukkan kelesuan, ketika minat anak didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar anak didik tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan ketika itulah guru mempertanyakan factor penyebab dan berusaha mencari jawabannya secra tepat. Karena bila tidak, maka apa yang sampaikan akan sia-sia. Bisa jadi dari sekian keadaan tersebut, salah satu penyebabnya adalah factor metode. Karena, efektivitasnya penggunaan metode patut di pertanyakan.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa fasilitas , serta situasi kelas. Guru yang selalu senang menggunakan metode ceramah sementara tujuan pengjarannya adalah agar anak didik dapat pemperagakan salat, adalah kegiatan belajar mengajar yang kurang kondusif. Seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran , bukannya tujuan yang harus menyesuaikan diri dengan metode. Karena itu, evektifitas pengguanaan metode dapat trjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponenpengajaran yang telah di programkan dalam suatu pelajaran, sebagai persiapan tertulis.
3.                  Pentingnya Pemilihan dan Penentuan Metode
Titik sentral yang harus di capai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran ditutut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar  menggunakan kemalasan. Anak didik pun diwajibkan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar,bukan selalu menanti perintah guru. Kedua unsure manusiawi ini juga beraktivitak tidak lain karena ingin mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajaranak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus gur lakukan adalah melakuakan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pelajaran. Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan  tertentu.
4.                  Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Metode
Jangan dipikir bahwa pemilihan metode itu sembarangan jangan diduga bahwa penentuan metode itu tanpa harus mempertimbangkan factor-faktor lain. Sebagia suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh factor-faktor lain.maka itu, siapapun yang menjadi guru harus mengenal, memahami dan mempedomaninya ketika akan melaksanakan pelilihan dan penentuan metode. Tanpa mengindahkan hal ini , metode yang diperguankannya bisa-bisa tiada arti.
Bila ada para ahli yang mengatakan bahwa makin abik metode itu, makin efektif juga pencapaian tujuan adalah pendapat yang memandang nilai kebenaran. Tapi , jangan didukung bila ada para ahli lain yang mengatakan bahwa semua metode adalah baik dan tidak ada kelemahannya, karena pernyataan tersebut adalah pendapat yang keliru.
Dalam oandangan yang sudah diakui kebenarannya mengatakan, bahwa setiap metode mempunyai sifat masing-masing baik mengenai kebaikan-kebaikan mampu menetapkan mengenai kelemahan-kelemahan nya. Guu akan lebih mudah menetapkan metode yang paling relasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut.
2.3       Metode Mengajar Berkadar CBSA dan Keterampilan Proses
 A.       Pengertian CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Sebagai konsep CBSA adalah suatu proses kegiataan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional,sehngga subjek didik betul-betul berperan dan perpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
Pengertian tersebut menunjukan bahwa CBSA menempatkan siswa sebagai inti dalam kegiataan belajar mengajar. Siswa di pandang sebagai objek dan sebagai subjek. Di lihat dari subjek didik maka CBSA merupakan proses kegiataan yang di lakukan siswa dalam rangka belajar.    Di lihat dari segi Guru/ pengajar maka CBSA merupakan bagian strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal subjek didik. 
CBSA merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar di mana anak terutama mengalami keterlibatan intelektual emosional ,di samping keterlibatan fisik di dalam proses belajar mengajar (Depdikbud, 1982 : 2).
Dengan CBSA dapatlah diketahui bahwa yang menjadi pusat dalam kegiatan belajar mengajar adalah siswa (student centered instruction).
B.        KADAR CBSA
Dalam mengajar setiap metode memiliki kadar CBSA yg bervariasi, sehingga secara otomatis pendekatan yg digunakanpun berbeda. Berikut ini adalah kadar CBSA metode dari yang paling tinggi ke paling rendah :
1.                  Metode Proyek
Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Pendekatan yang digunakan pada metode ini adalah pendekatan klasikal.
2.                  Metode Eksperimen
Metode Eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Pendekatan yang digunakan sebaiknya pendekatan kelompok.
3.                  Metode Resitasi (Tugas)
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Pendekatan yang digunakan bisa saja individu ataupun kelompok. Tapi demi keaktifan siswa diutamakan pemberian tugas secara individu.
4.                  Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa dihadapkan kepaa suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kelompok atau bisa juga dengan pendekatan klasikal.
5.                  Metode Sosiodrama
Metode Sosiodrama atau sering disebut dengan role playing adalah metode yang dilakukan dengan cara mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah social. Pendekatan yang digunakan adalah klasikal.
6.                  Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sering dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kelompok atau klasikal.



7.                  Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa ke suatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah. Pendekatan yang digunakan adalah klasikal.
8.                  Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan individual
9.                  Metode Ceramah
Metode Ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Pendekatan yang digunakan adalah pendekayan klasikal.
.
Pendekatan Keterampilan Proses
1.    Pengertian Pendekatan Ketrampilan Proses

Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut” (Azhar, 1993: 7)
Sedangkan “menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa  dengan cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus”.
Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep  maupun pengembangan sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa  sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik.

Dimiyati (2002: 138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :
·                     Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan
·                     Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
·                     Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Dari pembahasan tentang pengertian keterampilan proses (PKP) dapat diartikan bahwa pendekatan keterampilan proses dalam penerapannya secara langsung memberikan kesempatan siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan pendekatan keterampilan proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan siswa hendaknya menanam sikap dan nilai sebagai ilmuan.
2.    Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Dimiyati, mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses (PKP) perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
1.        Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
2.        Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan agar hasil belajar yang optimal
3.        Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini. (Dimiyati, 2002: 137)
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud dengan keterampilan di sini adalah kemampuan fisik dan mental yang mendasar  sebagai penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampila proses (PKP) dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
1.        Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
2.        Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit.
3.        Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen penemuannya bersifat relatif 
4.        Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskand ari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

3.     Bentuk dan pelaksanaan pendekatan keterampilan proses (PKP)
Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal. Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial (menurut Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud adalah :
a.    Mengamati/observasi 
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).

Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera seperti melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan dengan pendapat (Djamarah, 2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi.
Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin peserta didik melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
b.    Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai obyek peristiwa berdasarkan 
sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999 :142).

Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasik menurut Djamarah adalah "peserta didik dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan( Djamarah, 2000 : 89).

Melalui keterampilan mengklasifikasi peserta didik diharapkan mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka sehingga apa yang mereka lihat sehari-harii dapat menambah pengetahuan dasar mereka.
c.    Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahua dalam bentuk suara, visual atau secara visual" (Dimiyati, 1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat berkembanga dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan aktivitas seperti : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan  dalam bentuk lisan, tulisan, gambar dan penampilan” (Djamarah, 2000).

Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya melalui berbicara saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin lebih baik dari pada berbicara.
d.    Mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat mengobservasi dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan "membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144).

Adapun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan mengukur peserta didik menurut Conny (1992 :21). Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas, volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya.

Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda tergantung dari tingkat sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan pengukuran yang dikerjakan.
e.    Memprediksi
Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).
Menurut (Djamarah, 2000) untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada kecendrungan/pola. Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi, memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu.

Pada prinsipnya memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang berbeda, hal tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui panca indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat diungkapkan dengan, mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan observasi yang telah dilakukan apa yang akan diharapkan".
f.    Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui (Dimiyati, 1999: 145).

Kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik dapat menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan keterampilan peserta didik yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan tentang apa yang ada di alam ini.

4.    Langkah-langkah melaksanakan keterampilan proses
Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus melakuka  langkah-langkah sebagai berikut:



1.    Pendahuluan atau pemanasan
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan peserta didik pada pokok permasalahan agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik. Kegiatan pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa:
·                Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik yang ada hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.
·                Kegiatan menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda lain yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan.
2.    Pelaksanaan proses belajar megnajar atau bagian inti
Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan hendaknya selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan proses berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkunikasikan hasil perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri peserta didik.
Sedangkan menurut Djamarah (2002 :92) kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi :
1.             Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
2.             Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.
3.             Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
4.             Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
5.             Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
6.             Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan dengan masalah yang belum terselesaikan.
7.             Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah mengarang dan lain-lain.
2.4 Dasar Pertimbangan Memilih Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Pengertian lainnya adalah tehnik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikan, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan di manfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode belajar, maka makin efektif pula pencapaian tujuan.
            Di dalam kenyataannya, cara atau metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,Keterampilan, dan sikap(kognitif, psikomotor, afektif) , khusus metode mengajar didalam kelas, efektivitas suatu metode dipengaruhi faktor tujuan, faktor siswa, factor situasi, dan faktor guru itu sendiri.
            Perpaduan pengaruh faktor-faktor itulah yang menjadi pertimbangan utama untuk menentukan metode mana yang paling baik untuk secara optimal berpengaruh atas dab terhadap factor-faktor tersebut.
Dasar-dasar pertimbangan memilih metode mengajar antara lain :
1.                  Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran dikenal ada dua yaitu TIU (Tujuan Instruksional Umum), dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus).
Perumusan tujuan instruksional khusus, misalnya akan mempengaruhi kemampuan yang bagaimana yang terjadi pada diri anak didik. Proses pengajaran pun dipengaruhinya. Demikian juiga penyeleksian metode yang harus guru gunakan di kelas. Metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Artinya, metodelah yang harus tunduk kepada kehendk tujuan dan bukan sebaliknya. Karena itu, kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya.
2.                  Perbedaan Anak Didik
Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis , mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam sekon yang cukup lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Dengan demikian, jelas kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran.
3.                  Guru
Setiap guru mempunnyai kepribadian yang berbeda dan juga latar belakang pendidikan yang berbeda pula. Kurangnnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi krndala dalam memilih dan menentukan metode.itulah yang biasanya dilakukan oleh mereka yang bukan berlatar belakang pendidikan guru. Apalagi belum memiliki pengalaman mengajar yang memadai.sungguh pun begitu baik dia berlatar belakang signipikan guru mmaupaun dia yang berlatar belakang bukan pendidikan guru, dan sama-sama minim pengalaman mengajar dikelas cenderung sukar memilih metode yang tepattetapi ada juga yang tepat memilihnya namun dalam pelaksanaannya menemui kendala disebabkan labilnnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan atau metode yang digunakan. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan, danpengalaman mengajar adalah permasalahan interen guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.

4.                  Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar mengajar yang guru ciptakan tidak semuannya sama dari hari ke hari. Pada sewaktu-waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi belajar mengajar dialam terbuka yaitu diluar ruang sekolah. Maka guru dalam hal ini tentu memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu. Dilain waktu sesuai dengan sifat bahan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan maka guru menciptakan lingkungan belajar anak didik secara berkelompok. Dalam hal ini tentu saja guru telah memilih metode mengajar untuk membelajarkan anak didiknya yaitu metode problem solving. Demikianlah situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode belajar.
5.                  Fasilitas
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidak fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode pengajar. Ketiadaan labolatorium untuk praktik misalnya kurang mendukungmetode experiment atau demonstrasi. Demikian juga halnya ketiadaan fasilitas olahraga tentu sukar bagi uru menerapkan metode latihan.

Ø    Dampak Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan oleh guru hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil baik dalam waktu dekat maupun dalam waktu yang relative lama.Hasil yang didapat dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung (intructional effect, efek instruksional). Sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang relative lama dikatakan sebagai dampak pengiring (nurturant effect, efek pengiring).
Dampak langsung adalah tujuan yang secara langsung dicapai melalui program pengajaran yang dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan peristiwa interaksi edukatif. Hasil yang akan dicapai biasanya berkenaan dengan cognitif domain (pengetahuan) dan psychomotor domain (keterampilan). Kedua domain ini dapat diukur dengan pasti dan karenanya dapat dicapai seketika itu.
Dampak Pengiring adalah hasil pengajaran yang tidak langsung dapat diukur dan tidak mesti dicapai ketika berakhirnya suatu pertemuan interaksi edukatif, tapi hasilnya diharapkan berpengaruh pada anak didik dan akan mengiring atau menyertai belakangan, memerlukan waktu dan atau tahapan pertemuan-pertemuan interaksi edukatif selanjutnya.
Biasanya dampak pengiring ini berkenaan dengan affectife domain (sikap dan nilai). Dengan demikian dampak pengiring ini hasilnya berupa sikap dan nilai atau merupakan hasil dimana anak didik dapat meniru (modeling), tertulari (contagion),dan dirembesi (osmosis) pengetahuan, keterampilan dari sikap dan kondisi belajar yang diprogramkan guru.

2.5       Macam-macam Metode Mengajar Bernilai Interaksi Edukatif
Kegiatan interaksi edukatif, merupakan kegiatan komunikasi dua arah antara guru dan siswa yang diikat oleh. Kegiatan edukatif dikatakan terwujud apabila tujuan yang mengikat kegiatan itu (tujuan intruksional) tercapai atau dapat dikuasai siswa.
Untuk menciptakan interaksi edukatif seperti yang dimaksudkan, guru dapat memperhatikan batas kemungkinan berbagai metode interaksi. Berikut adalah macam-macam metode mengajar bernilai interaksi edukatif :
2.5.1        Pemberian Informasi Melalui Metode Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan, penuturan secara lisan oleh seseorang (guru) terhadap sekelompok pendengar (siswa). Dalam pelaksanaannya kadang-kadang guru dapat menggunakan alat-alat pembantu untuk menjelaskan penuturannya. Alat utama interaksi edukatif ini adalah secara “lisan”.
Sebagai pertimbangan, apakah metode interaksi ini sesuai ditetapkan dalam situasi tertentu, pertama-tama guru harus mempersonal kapankah ceramah itu tepat digunakan? Secara umum pemberian informasi melalui metode ceramah wajar dipergunakan apabila :
a)        Fakta atau pendapat yang akan disampaikan tidak terdapat dalam sumber lain (bahan bacaan), sehingga fakta itu hanya dapat disampaikan apabila terjadi interaksi langsung antara guru dengan siswa,
b)        Yang menerima fakta atau pendapat adalah dalam jumlah relatif banyak, sehingga metode interaksi yang lain tidak mungkin digunakan, dan
c)        Guru akan memperkenalkan pokok/materi baru dalam rangka menghubungkan dengan hasil interaksi yang telah terjadi sebelumnya.
2.5.2        Membuka Dialog Melalui Tanya Jawab
Sebagai bentuk interaksi edukatif, metode tanya jawab dapat digunakan apabila dalam interaksi belajar mengajar guru mempunyai maksud :
a)        Menciptakan terjadinya interaksi antara materi pelajaran yang sudah diperolehnya (pelajaran yang lampau) dengan materi yang akan diajarkan.
b)        Merangsang siswa untuk ikut serta (aktif) dalam kegiatan belajar-mengajar (sebagai selingan) sehingga perhatian siswa tetap terpusat pada materi yang diajarkan.
Dibandingkan dengan metode ceramah, metode tanya-jawab ini akan mampu menghasilkan interaksi yang lebih (aktif), karena siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan hal-hal yang belum dimengerti, sehingga tampak hal-hal yang sudah jelas dan hal-hal yang belum jelas. Perbedaan pendapat yang terjadi dapat dibawa ke arah suatu diskusi sehingga tercipta interaksi yang lebih luas.
Kadang-kadang memang terjadi penyimpangan dari pokok persoalan, yang disebabkan siswa diberi kesempatan untuk memberi jawaban, dan mengemukakan pertanyaan. Kendala ini diatasi, apabila dalam kegiatan interaksi itu guru telah menetapkan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang akan dikemukakan dengan menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak menyimpang dari pokok persoalan.
2.5.3        Mencari Alternatif Melalui Metode Diskusi
Metode interaksi melalui kegiatan diskusi ini dimaksudkan, bahwa dalam pemecahan suatu masalah diperlukan macam-macam pemikiran dalam mencari jalan yang terbaik, adanya kerja sama dan musyawarah. Dan juga bilamana diskusi menghasilkan suatu keputusan yang perlu dikerjakan, maka harus dikerjakan bersama-sama pula. Melalui diskusi ini etiap anggota kelompok dapat turut serta dalam kegiatan kelompok, bermusyawarah, mencari dasar-dasar keputusan atas persetujuan bersama.
Menciptakan interaksi dengan mempergunakan metode diskusi ini, dapat empertinggi keikutsertaan setiap anggota secara individual dan akan mempertinggi partisipasi kelompok secara keseluruhan sehingga interaksi lebih meluas tidak hanya terbatas pada antarsiswa, akan tetapi juga interaksi antar kelompok.
Interaksi melalui diskusi dapat berjalan dengan efektif apabila guru sebagai pemimpin diskusi berperan sebagai pemimpin diskusi yang baik. Tiga hal yang dapat mendasari pemimpin diskusi menjalankan tugasnya dengan baik yakni :
1.        Pemimpin diskusi sebagai pengatur lalu lintas atau jalannya diskusi,
2.        Pemimpin sebagai dinding penangkis, dan
3.        Pemimpin sebagai petunjuk jalan.
2.5.4        Meningkatkan Keterampilan Melalui Latihan
Mengadakan interaksi melalui latihan utuk meningkatkan keterampilan, dengan latihan berkali-kli atau terus-menerus terhadap apa yang dipelajari dapat diperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan yang sempurna.
Melalui latihan ini diharapkan siswa dapat memperoleh respon setiap kali siswa mengulangi keterampilan itu. Dalam interaksi ini guru harus dapat menjadikan penampilan siswa dalam latihan sebagai respons. Apabila situasi belajar ini dapat diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut adanya penyesuaian yakni adanya respons yang berubah maka keterampilan akan menjadi lebih sempurna. Guru dalam hal ini harus menyadari bahwa untuk terciptanya keterampilan yang sempurna membutuhkan waktu yang relatif lama, sekalipun adanya keterampilan-keterampilan yang dapat dicapai dalam waktu yang relatif singkat.
Mengadakan interaksi melalui latihan untuk meningkatkan keterampilan, mempunyai kemungkinan berhasil apabila memenuhi syarat-syarat berikut :
a)        Latihan-latihan ditujukan untuk keterampilan tindakan atau penampilan yang bersifat otomatis.
b)        Latihan harus memiliki arti dalam rangka bertingkah laku yang lebih luas. Sikap ini akan terbentuk apbila siswa tahu arti latihan, kegunaan latihan untuk kehidupan selanjutnya, dan latihan yang dijalaninya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan belajar.
c)        Nilai latihan pada tahap pertama ditekankan pada sifat diagnotik artinya pada taraf permulaan jangan diharapkan sempurna, dan setelah melalui latihan berkali-kali (dengan peniadaan respons yang tidak tepat), sampai akhirnya benar-benar menguasai dan baru kemudian dikembangkan tingkat penguasaannya.
d)       Pada latihan awal yang diutamakan adalah ketepatan, kemudian barulah kecepatan dan pada akhirnya kedua-duanya harus tercapai sebagai kesatuan.
e)        Waktu latihan secara relatif harus singkat, akan tetapi pengulangannya yang diperbanyak.
f)         Suasana pada saat latihan harus menarik dan menyenangkan.
g)        Latihan harus memperhatikan tingkat perbedaan individual.
2.5.5        Mengalami melalui Demontrasi dan Eksperimen
 Metode interaksi edukatif ini, sangat efektif untuk membantu para siswa memecahkan suatu persoalan yang berkaitan dengan pertanyaan bagaimana prosesnya, terdiri dari unsur apa, dan bagaimana dapat dibuktikan kebenarannya melalui pengamatan induktif.
Dengan melaksanakan demonstrasi siswa akan berpartisipasi aktif untuk memperhatikan proses terjadinya sesuatu, atau proses tentang cara kerjanya sebuah mesin. Interaksi edukatif ini benar-benar akan efektif. Hal ini disebabkan, perhatian siswa diarahkan pada hal-hal yang dianggap penting sehingga hal-hal yang penting itu dapat diamati sepenuhnya. Pengalaman-pengalaman praktek hanya diperoleh, apabila siswa turut aktif melakukan sesuatu. Disamping itu, segala permasalahan yang timbul (pertanyaan dari siswa) dapat dijawab dengan teliti.
Selama berlangsungnya demontrasi, guru harus memperhatikan apakah penjelasan-penjelasan dapat didengar oleh semua siswa dengan jelas, dan aakah alat ditempatkan pada posisi yang tepat sehingga dapat diamati dengan jelas oleh siswa. Guru juga menjelaskan kepada siswa, hal-hal yang perflu untuk dicatat.
Mengadakan interaksi belajar-mengajar melalui metode eksperimen ini, sehingga siswa yang aktif mengambil bagian dalam belajar. Siswa tidak hanya melihat orang lain menyelesaikan suatu percobaan tetapi juga melakukan sendiri dan ia mendapatkan kepandaian-kepandaian yang diperlukan. Di samping itu, siswa juga mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan kegiatan atau langkah-langkah berpikir ilmiah.
Untuk menerapkan metode eksperimen sebagai metode interaksi edukatif perlu diperhatikan beberapa sarana berikut :
1.             Jelaskan tujuan penyelenggaraan eksperimen kepada siswa, sehingga siswa mengetahuipertanyaan-pertanyaan yang perlu di jawab dengan eksperimen.
2.             Musyawarahkanlah bersama-sama dengan siswa mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah dalam eksperimen, bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikendalikan dan hal-hal lain yang perlu di catat.
3.             Bantulah siswa untuk mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan, apabila memang hal itu dipandang perlu.
4.             Setelah eksperimen berlangsung, siswa perlu dirangsang untuk membandingkan denan hasil eksperimen kelompok/orang lain dan mendiskusikannya bila terjadi perbedaan-perbedaan atau kekeliruan.




2.5.6        Menguji Kemahiran melalui pelaksanaan tugas
Metode pelaksanaan tugas dimaksudkan untuk menguji kemahiran atau kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas (belajar) dan kemudian mampu mempertanggung jawabkan nya.
Mengadakan interaksi edukatif, melalui metode pelaksanaan tugas bertujuan untuk merangsang siswa berusaha lebih baik, memupuk inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri melalui kegiatan kurikuler.
Keberhasilan interaksi edukatif melalui metode pemberian tugas dipengaruhi oleh jelas tidaknya aspek-aspek yang perlu dipelajari siswa dan apakah tugas yang diberikan didasarkan atas perbedaan individual atau tidak. Sebab tugas yang diberikan secara umum akan menyulitkan siswa dalam penyelesaiannya.
Memang, kemungkinan terjadi bahwa tugas yang dikerjakan hanya meniru pekerjaan orang lain, atau bahkan dikerjakan orang lain, dengan demikian tidak melalui peristiwa belajar. Sswa yang menempuh jalan ini akan mengalami kesulitan dalam mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya.
2.5.7    Memperluas cakrawala melalui karya wisata
     Dengan bimbingan guru, siswa mengunjungi tempat tertentu dengan maksud untuk belajar, Interaksi edukatif melalui karya wisata ini, dimaksudkan untuk member kesempatan kepada siswa mengamati kenyataan yang bermacam-macam secara langsung sehingga dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba ikut serta di dalam suatu kegiatan.
     Dengan karya wisata, siswa dapat menjawab permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan dengan berinteraksi secara langsung dengan objek permasalahannya.
5.5.8    Memupuk kegotongroyongan melalui Kerja Kelompok
     Mengadakan interaksi edukatif melalui kerja kelompok diterapkan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang dilakukan secara gotomng royong. Kelompok disini dipandang sebagai satu-kesatuan tersendiri karena yang menjadi anggota kelompok tersebut diikat oleh aturan-aturan kelompok yang sudah disepakati bersama.
     Interaksi edukatif melalui kerja kelompok keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh struktur kerja kelompok. Struktur yang dapat mendukung tercapainya tujuan belajar, adalah sebagai berikut :
a.              Setiap anggota kelompok harus mengerti apa dan mengapa anggota kelompok berbuat sesuatu
b.             Pembagian kerja dilakukan secara adil sesuai dengan kemampuan anggota.
c.              Pemecahan terhadap sesuatu masalah yang dihadapi akan berhasil bila digerakkan melalui motivasi kelompok
d.             Guru mencegah terjadinya persaingan kerja antara kegiatan diluar kelompok dengan tugas dalam kelompok
e.              Guru menguasai variabel yang terdapat dalam kelompok, sehingga memudahkan untuk pengendaliannya. Seperti variabel kecerdasan individual, hubungan emosional antara individu dengan individu lainnya.















BAB III
PENUTUP

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencpai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah, bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan ssuatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar yang terpatri  di dalam suatu tujuan. Oleh karena itu sangat diharapkan seorang guru memahami penggunaan metode dan dapat menerapkannya dalam kondisi yang sesuai dengan kebutuhan sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan dapat tercapai.













DAFTAR PUSTAKA

Sri Anitah Wiryawan. Dra, Noornadi.Th. Drs, I.G.A.K Wardani. Dr, 1992, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Roestiyah N.K.Dra,1998, Strategi Belajar Mengajar, Cetakan II, Jakarta: Rineka Cipta
H. Abu Ahmadi. Drs, Joko Tri Prasetya. Drs, 2005, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia
Syaiful Bahri Djamara, Aswan Zain. Drs, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta
http://www.wikipedia.com




 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar