Minggu, 05 Oktober 2014

Psikologi Agama Pada Masa Remaja

PSIKOLOGI AGAMA PADA MASA REMAJA

A.    Perkembangan Jiwa Pada Masa Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja juga dapat dikatakan perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai dewasa. Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang yang menghubungkan antara masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan dengan masa dewasa yang matang.
Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya. Masa remaja ini sangat penting dalam kehidupan, karena pada masa inilah masa remaja mencari identitasnya.
Para ahli psikologi dan pendidikan belum sepakat mengenai rentang usia remaja.nada yang berpendapaat usia remaja mulai dari 13-19 tahun, adapula pendapat lain tentang usia remaja dimulai dari usia 13-21 tahun. Dalam bidang agama, para ahli psikologi agama menganggap bahwa kemantapan beragama biasanya tidak terjadi sebelum usia 24 tahun.
Pada umumnya masa remaja dibagi menjadi 3 diantaranya yaitu :
1.      Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang lain.
2.      Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Pada masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan dirinya sendiri.
3.      Masa Remaja akhir (18-21 tahun)
Pada masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa.

B.     Perkembangan Perasaan Beragama Pada Masa Remaja
Perkembangan perasaan beragama pada masa remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Menurut W. Starbuck perkembangan tersebut diantaranya yaitu :
1.      Pertumbuhan pikiran dan mental
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, social, ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.
2.      Perkembangan perasaan
Pada masa remaja berbagai perasaan telah berkembang. Perasaan social, etis dan estesis mendorong remaja untuk menghayati kehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya.
3.      Pertimbangan sosial
Keagamaan pada masa remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Pada masa remaja sangat bingung menentukan pilihan, karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi. Hal ini membuat remaja jiwanya lebih cenderung bersikap materialistis.
Perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok tradisi dan moral, dan salah tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial.
4.      Perkembangan moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa  dan usaha untuk mencari proteksi. Perkembangan moral pada masa ramaja terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orangtua.
 Perkembangan moral ini agama sangat berperan penting dalam jiwa agama, sebagian orang berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini. Sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan dan bertentangan dengan kehendak dan pandangan masyarakat.
5.      Sikap dan minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka
6.      Ibadah .


C.    Sikap Remaja dalam Beragama
Adapun sikap remaja dalam beragama, diantaranya yaitu :
1.   Percaya ikut-ikutan
Kebanyakan remaja percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama karena terdidik dalam lingkungan beragama, karena ibu bapaknya beragama, teman-teman dan masyarakat sekelilingnya yang beribadah, maka mereka ikut percaya dan melaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama sekedar mengikuti suasana lingkungan hidup.
Percaya ikut-ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan secara sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya. Hal ini biasanya terjadi pada masa remaja awal (13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang dengan cara yang lebih kritisdan sadar, sesuai dengan perkembangan psikisnya.
2.   Percaya dengan kesadaran
Kesadaran beragama atau semangat agama pada masa remaja itu dimulai dengan cendrungnya remaja meninjau dan meneliti kembali cara ia beragama pada masa kecil dulu. Biasanya semangat agama pada masa remaja ini terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun.
Adapun semangat ini di bagi jadi 2, diantaranya yaitu :
a.    Semangat Positif
Semangat agama yang positif yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak mau lagi menerima hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan membebaskan dari bid’ah dan khurafat dari kekakuan dan kekototan. Mereka juga ingin mengembangkan dan meningkatkan agama sesuai dengan perkembangan pribadinya.
b.   Semangat negative
Semangat agama yang negative ini yaitu kecendrungan remaja untuk mengambil pengaruhdari luar ke dalam masalah-masalah keagamaan. Seperti bid’ah, khurafat, dan kepercayaan-kepercayaan lainnya.
3.   Kebimbangan beragama
Sesungguhnya kebimbangan beragama itu masih bersangkut paut dengan semangat agama. Kebimbangan agama itu menimbulkan rasa dosa pada remaja,dia ingin tetap pada dalam kepercayaannya, akan tetapi di lain pihak timbul peranyaan-pertanyaan disekitarnya yang tidak dapat ia jawab. 
Kebimbangan terhadap ajaran agama yang pernah diterimanya tanpa kritik waktu kecilnya itu merupakan tanda bahwa kesadaran beragama telah terasa oleh remaja. Biasanya kebimbangan itu mulai menyerang remaja, setelah pertumbuhan kecerdasan mencapai kematangannya, sehingga ia dapat mengeritik, menerima atau menolak apa saja yang diterangkan kepadanya.
Kebimbangan remaja terhadap agama itu tidak sama, berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuia dengan kepribadiannya masing-masing. Ada yang mengalami kebimbangan ringan dan kebimbingan berat.
4.   Tidak percaya kepada Tuhan
Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada akhir masa remaja adalah tidak percaya adanya Tuhan dan menggantinya dengan keyakinan lain. Perkembangan remaja pdaarah tidak mempercayai adanya Tuhan itu, sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari kecilnya. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaaan atau kezhaliman orang tua kepadanya, maka ia telah memendam suatu tantangan terhadap kekuasaaan orangtua serta kekuasaan siapapun.

D.    Faktor – Faktor Keberagamaan
Adapun menurut Robert H. Thouless mengemukakan empat faktor keberagamaan, diantaranya yaitu :
1.   Pengaruh-pengaruh sosial
Pada faktor sosial ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keberagamaan yaitu : pendidikan orangtua,tradisi-tradisi social dan tekanan-tekanan lingkungan social untuk menyesuaikan diri dengan pendapatdan sikap yang di sepakati oleh lingkungan.
2.   Pengalaman
Pada umumnya ada anggapan bahwa kwhadiran keindahan, keselarasan dan kebaikan yang dirasakan dalam dunia nyata memainkan peranan dalam pembentukan sikap keberagamaan. Dengan merenungkan keadaan disekeliling, kita akan keindahan yang meliputi segalanya, jiwa yang suci akan dapat  mendengar dan melihat indahnya alam disekeliling. Yang mana akhirnya kita akan sampai pada kesadaran jiwa akan keagungan Allah sebagai sang pencipta.
3.   Kebutuhan
Pada faktor ini yang dianggap sebagai sumber keyakinan adalah kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi secara sempurna, sehingga mengakibatkan terasa adanya kebutuhan akan kepuasan agama.
4.   Proses pemikiran
Manusia adalah makhluk berfikir, salah satu pemikirannya adalah bahwa ia membantu dirinya untuk menentukan keyakinan-keyakinan mana yang harus diterimanya dan mana yang harus ditolak.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar