BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu proses belajar menggajar guru harus memiliki
strategi pembelajaran yang baik agar dalam suatu proses pembelajaran siswa
dapat belajar dan memahami pembelajaran tersebut secara efektif dan efesien.
Salah satu langkah agar suatu strategi pembelajaran tersebut berjalan dengan
efektif dan efesien, guru harus menguasai teknik-teknik penyajian dalam proses
belajar mengajar atau yang disebut dengan “Metode Mengajar”
Metode Mengajar adalah teknik penyajian pembelajaran yang
harus dikusai oleh guru untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pelajaran
kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat di tangkap, dipahami
dan digunakan oleh siswa dengan baik. Salah satu kedudukan dari metode mengajar
menurut Sardiman.A.M. (1988:90) dalam bukunya Drs. Aswan Zain (1995: hal 73)
adalah sebagai alat motivasi eksterinsik (alat perangsang dari luar yang dapat
membangkitkan semangat belajar seseorang), selain fungsi metode mengajar ialah
untuk mempermudah dalam pencapaian strategi pembelajaran.
Maka dari itu metode mengajar sangat perlu dikuasai oleh guru
agar dalam suatu proses pembelajaran siswa dapat belajar secara efektif dan
efesien guna untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kedudukan
Metode dalam Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi
unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Guru dengan sadar mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi
anak didik.dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru gunakan
untuk gimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil
bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berfikir yang
demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul
dipikirkan oleh seorang guru.
Dari hasil analisis yang di lakukan, lahirlah pemahaman
tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi
pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
1.
Metode Sebagai Alat
Motivasi Ekstrinsik
Salah satu komponen pengajaran,
metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnyadalam
kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang
menggunakan metode pengajaran. Ini bebrarti guru memahami benar kedudukan
metode sebagai alat motivasi ekstrinsikdalam kegiatan belajar mengajar.
Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman.A.M.(1988:90) adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode
berfungsi sebagai alat perangsang dari
luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Dalam
penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana
kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Dalam perumusan tujuan, guru
perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi
guru mementukan metode yang bagaimana yang di pilih guna menunjang pencapaian
tujusn yang telah dirumuskan tersebut.
Dalam
mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena meraka menyadari
bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Pengunaan satu metode lebih
cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak
didik. Jalan pengajaran tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah
belajar. Kejenuhan dan kemalasan yang menyelimuti kegiatan belajar mengajar
anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan
kegagalan dalam peyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Ini
berarti metode berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat
motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengaja.
Akhirnya,
dapart dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat
dijadikan srbagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
2. Metode
Sebagai Strategi Pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif
lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga
bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap
anak didik terhadap pelajar yang diberikan oleh guru. Cepat lamabatnya
penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki
pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
Terhadap perbedaan
daya serap anak didik sebagaimana tersebut diatas , memerlukan strategi
pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk sekelompok anak
didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan
metode tannya jawab, tetapi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih
mudah menyrap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode demonstrasi atau
metode eksperimen.
Karena itu,
dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra.Roestiyah,N.K(1989:1), guru harus
memiliki strategi agar anak didik dapat belajar belajar secara efektif dan
efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki
strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknikpenyajian atau biasanya
disebut metode mengajar. Dengan demikian , metode mengajar adalah trategi
pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3.
Metode Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan
Tujuan
adalah suatu cita-cita yang akan dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang member arah kemana
kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar
mengajar menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah
dirumuskan. Itu sama artinya perbuatan yang sia-sia. Kegiatan belajar mengajar
yang tidak mempunyai tujuan sama halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sukar
untuk mnyeleksi mana kegiatan yang harus dilakukan dan mana yang harus
diabaikan dalam upaya untuk mencapai keinginana yang dicita-citakan.
Tujuan
dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah mencapai selama
komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen
metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan
memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.
Metode adalah pelican jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan
agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode dan tujuan jangan
bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian pengajaran. Bila
tidak, maka akan sia-sialah perumusan tujuan tersebut. Apalah artinya kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan.
Jadi,
guru sebaiknya mengunaka metode yang dpat menunjang kegiatan belajar mengajar,
sehinngga dapat dijadika sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan
pengajaran.
2.2 Memilih dan
Penentuan Metode Mengajar
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas
bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan
perumusan tujuan instruksional khusus. Jarang sekli terlihat guru merumuskan
tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu
tujuan. Karenannya, guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari satu.
Pemakaian metode yang satu digunakann untuk mencapai tujuan yang satu,
sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan
yang lain. Begitulah adannya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang
telah dirumuskan.
1.
Nilai Strategi Metode
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilain pendidik.
Didalam terjadinya interaksi edukatif
antara guru dan anak didk, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas.
Bahan pelajaran yang guru berikan iyu aka kurang memberikan dorongan (motivasi)
kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat.
Disilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam dalam peyampaian bahan
pelajaran.
Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode
justruakan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pelajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan
pengajaran salah satunya disebabkan oleh
pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi
anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai
dengan tujuan pengajaran. Karna itu dapat dipahami bahwa metode adalah suatu
cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai
strateginya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar
mengajar. Karena itu, guru sebaiknya memperhatikan dalam penilaian dan
penentuan metode sebelum kegiatan belajar dilaksanakan dikelas.
2.
Efektivitas Penggunaan Metode
Ketika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagian besar anak
didik membuat kegaduhan, ketika anak didik menunjukkan kelesuan, ketika minat
anak didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar anak didik tidak
menguasai bahan yang telah guru sampaikan ketika itulah guru mempertanyakan
factor penyebab dan berusaha mencari jawabannya secra tepat. Karena bila tidak,
maka apa yang sampaikan akan sia-sia. Bisa jadi dari sekian keadaan tersebut,
salah satu penyebabnya adalah factor metode. Karena, efektivitasnya penggunaan
metode patut di pertanyakan.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi
kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan
pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan menurut kehendak
guru dan mengabaikan kebutuhan siswa fasilitas , serta situasi kelas. Guru yang
selalu senang menggunakan metode ceramah sementara tujuan pengjarannya adalah
agar anak didik dapat pemperagakan salat, adalah kegiatan belajar mengajar yang
kurang kondusif. Seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan
pengajaran , bukannya tujuan yang harus menyesuaikan diri dengan metode. Karena
itu, evektifitas pengguanaan metode dapat trjadi bila ada kesesuaian antara
metode dengan semua komponenpengajaran yang telah di programkan dalam suatu
pelajaran, sebagai persiapan tertulis.
3.
Pentingnya Pemilihan dan Penentuan Metode
Titik sentral yang harus di capai oleh setiap kegiatan belajar mengajar
adalah tercapainya tujuan pengajaran ditutut secara mutlak untuk menunjang
tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar menggunakan kemalasan. Anak didik pun
diwajibkan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar,bukan selalu menanti
perintah guru. Kedua unsure manusiawi ini juga beraktivitak tidak lain karena
ingin mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan
belajar yang kreatif bagi kegiatan belajaranak didik di kelas. Salah satu
kegiatan yang harus gur lakukan adalah melakuakan pemilihan dan penentuan
metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pelajaran.
Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang
tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu.
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Metode
Jangan dipikir bahwa pemilihan metode itu sembarangan jangan diduga bahwa
penentuan metode itu tanpa harus mempertimbangkan factor-faktor lain. Sebagia
suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh
factor-faktor lain.maka itu, siapapun yang menjadi guru harus mengenal,
memahami dan mempedomaninya ketika akan melaksanakan pelilihan dan penentuan
metode. Tanpa mengindahkan hal ini , metode yang diperguankannya bisa-bisa
tiada arti.
Bila ada para ahli yang mengatakan bahwa makin abik metode itu, makin
efektif juga pencapaian tujuan adalah pendapat yang memandang nilai kebenaran.
Tapi , jangan didukung bila ada para ahli lain yang mengatakan bahwa semua
metode adalah baik dan tidak ada kelemahannya, karena pernyataan tersebut
adalah pendapat yang keliru.
Dalam oandangan yang sudah diakui kebenarannya mengatakan, bahwa setiap
metode mempunyai sifat masing-masing baik mengenai kebaikan-kebaikan mampu
menetapkan mengenai kelemahan-kelemahan nya. Guu akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling relasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya,
jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut.
2.3 Metode
Mengajar Berkadar CBSA dan Keterampilan Proses
A. Pengertian
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Sebagai konsep CBSA adalah suatu proses kegiataan belajar
mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional,sehngga
subjek didik betul-betul berperan dan perpartisipasi aktif dalam melakukan
kegiatan belajar.
Pengertian tersebut menunjukan bahwa CBSA menempatkan siswa sebagai
inti dalam kegiataan belajar mengajar. Siswa di pandang sebagai objek dan
sebagai subjek. Di lihat dari subjek didik maka CBSA merupakan proses kegiataan
yang di lakukan siswa dalam rangka belajar. Di lihat dari segi Guru/ pengajar maka CBSA
merupakan bagian strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal subjek
didik.
CBSA merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar di mana
anak terutama mengalami keterlibatan intelektual emosional ,di samping
keterlibatan fisik di dalam proses belajar mengajar (Depdikbud, 1982 : 2).
Dengan CBSA dapatlah diketahui bahwa yang menjadi pusat dalam
kegiatan belajar mengajar adalah siswa (student centered instruction).
B. KADAR CBSA
Dalam mengajar setiap metode
memiliki kadar CBSA yg bervariasi, sehingga secara otomatis pendekatan yg
digunakanpun berbeda. Berikut ini adalah kadar CBSA metode dari yang paling
tinggi ke paling rendah :
1.
Metode
Proyek
Metode proyek atau unit
adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah,
kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya
secara keseluruhan dan bermakna. Pendekatan yang digunakan pada metode ini
adalah pendekatan klasikal.
2.
Metode Eksperimen
Metode Eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian
pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari. Pendekatan yang digunakan sebaiknya pendekatan
kelompok.
3.
Metode Resitasi (Tugas)
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di
mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Pendekatan yang digunakan bisa saja individu ataupun kelompok. Tapi demi
keaktifan siswa diutamakan pemberian tugas secara individu.
4.
Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa
dihadapkan kepaa suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang
bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kelompok atau bisa juga dengan pendekatan klasikal.
5.
Metode Sosiodrama
Metode Sosiodrama atau sering disebut dengan role playing
adalah metode yang dilakukan dengan cara mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah social. Pendekatan yang digunakan adalah klasikal.
6.
Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda
tertentu yang sering dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering
disertai dengan penjelasan lisan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kelompok atau klasikal.
7.
Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajar siswa ke suatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah. Pendekatan
yang digunakan adalah klasikal.
8.
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi
dapat pula dari siswa kepada guru.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
individual
9.
Metode Ceramah
Metode Ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode
tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekayan klasikal.
.
Pendekatan Keterampilan Proses
1. Pengertian
Pendekatan Ketrampilan Proses
Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut” (Azhar, 1993: 7)
Sedangkan “menurut Conny (1990 : 23)
pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang
mengefektifkan siswa dengan cara
mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta
didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan
sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus”.
Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik.
Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik.
Dimiyati (2002: 138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :
·
Pendekatan
keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat tentang hakekat
ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat
lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan
·
Mengajar dengan
keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu
pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu
pengetahuan.
·
Menggunakan keterampilan
proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar proses dan
produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Dari pembahasan tentang pengertian
keterampilan proses (PKP) dapat diartikan bahwa pendekatan keterampilan
proses dalam penerapannya secara langsung memberikan kesempatan siswa
untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan pendekatan
keterampilan proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan siswa
hendaknya menanam sikap dan nilai sebagai ilmuan.
2. Pentingnya
Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Dimiyati, mengatakan bahwa pendekatan
keterampilan proses (PKP) perlu diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
1.
Percepatan
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
2.
Pengalaman
intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan agar hasil belajar
yang optimal
3.
Penerapan sikap dan
nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini. (Dimiyati, 2002: 137)
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid dalam
kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang
mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud dengan keterampilan di sini
adalah kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang
melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampila proses (PKP) dalam kegiatan
belajar mengajar yaitu:
1.
Perkembangan ilmu
pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
2.
Para ahli psikologi
umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami konsep-konsep yang rumit dan
abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit.
3.
Penemuan ilmu
pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen penemuannya bersifat
relatif
4.
Dalam proses
belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskand ari pengembangan sikap
dan nilai dalam diri anak didik.
3. Bentuk dan pelaksanaan
pendekatan keterampilan proses (PKP)
Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal. Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial (menurut Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud adalah :
Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal. Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial (menurut Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud adalah :
a. Mengamati/observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang
paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan
hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain (Funk
1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).
Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera seperti melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan dengan pendapat (Djamarah, 2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi.
Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin peserta didik melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
b.
Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai
obyek peristiwa berdasarkan
sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis
dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999 :142).
Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasik menurut Djamarah adalah "peserta didik dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan( Djamarah, 2000 : 89).
Melalui keterampilan mengklasifikasi peserta didik diharapkan mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka sehingga apa yang mereka lihat sehari-harii dapat menambah pengetahuan dasar mereka.
c. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan
memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahua dalam bentuk suara, visual
atau secara visual" (Dimiyati, 1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat
berkembanga dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan
aktivitas seperti : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya,
mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk
lisan, tulisan, gambar dan penampilan” (Djamarah, 2000).
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya melalui berbicara saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin lebih baik dari pada berbicara.
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya melalui berbicara saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin lebih baik dari pada berbicara.
d. Mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat
mengobservasi dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan
"membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah
ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144).
Adapun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan mengukur peserta didik menurut Conny (1992 :21). Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas, volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda tergantung dari tingkat sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan pengukuran yang dikerjakan.
e. Memprediksi
Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu
hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada
pola kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu
pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).
Menurut (Djamarah, 2000) untuk mengembangkan keterampilan memprediksi
dapat dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang
berdasarkan pada kecendrungan/pola. Hubungan antara data, hubungan informasi.
Hal ini dapat dilakukan misalnya memprediksi waktu tertibnya matahari yang
telah diobservasi, memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak
tertentu dengan menggunakan kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu.
Pada prinsipnya memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang berbeda, hal tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui panca indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat diungkapkan dengan, mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan observasi yang telah dilakukan apa yang akan diharapkan".
f. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk
memutuskan keadaan suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan
prinsip yang diketahui (Dimiyati, 1999: 145).
Kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik dapat menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan keterampilan peserta didik yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan tentang apa yang ada di alam ini.
4. Langkah-langkah melaksanakan keterampilan proses
Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran
guru harus melakuka langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendahuluan atau pemanasan
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan peserta didik pada pokok
permasalahan agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik. Kegiatan pendahuluan
atau pemanasan tersebut berupa:
·
Pengulasan atau
pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik yang ada hubungannya dengan
bahan yang akan diajarkan.
·
Kegiatan menggugah
dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan mengajukan pertanyaan, pendapat
dan saran, menunjukkan gambar atau benda lain yang berhubungan dengan materi
yang akan diberikan.
2. Pelaksanaan
proses belajar megnajar atau bagian inti
Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan
di depan hendaknya selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat
mengembangkan kemampuan proses berupa mengamati, mengklasifikasi,
menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan
melaksanakan penelitian serta mengkunikasikan hasil perolehannya yang pada
dasarnya telah ada pada diri peserta didik.
Sedangkan menurut Djamarah (2002 :92) kegiatan-kegiatan yang tergolong
dalam langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan
proses, meliputi :
1.
Menjelaskan bahan
pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan yang
sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan
kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
2.
Merumuskan hasil
pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi
pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran
tersebut.
3.
Menafsirkan hasil
pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa atau gejala yang
terkandung pada tiap-tiap kelompok.
4.
Meramalkan sebab
akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain
atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
5.
Menerapkan
pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh dari kegiatan
sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
6.
Merencanakan
penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan dengan masalah yang belum
terselesaikan.
7.
Mengkomunikasikan
hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah mengarang dan lain-lain.
2.4 Dasar Pertimbangan Memilih Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
dipergunakan oleh seorang guru. Pengertian lainnya adalah tehnik penyajian yang
dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa
didalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikan, agar
pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan di manfaatkan oleh siswa dengan
baik. Makin baik metode belajar, maka makin efektif pula pencapaian tujuan.
Di dalam kenyataannya, cara atau
metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara
yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,Keterampilan,
dan sikap(kognitif, psikomotor, afektif) , khusus metode mengajar didalam
kelas, efektivitas suatu metode dipengaruhi faktor tujuan, faktor siswa, factor
situasi, dan faktor guru itu sendiri.
Perpaduan pengaruh faktor-faktor
itulah yang menjadi pertimbangan utama untuk menentukan metode mana yang paling
baik untuk secara optimal berpengaruh atas dab terhadap factor-faktor tersebut.
Dasar-dasar pertimbangan memilih metode mengajar antara lain :
1.
Tujuan
Tujuan
adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan
pembelajaran dikenal ada dua yaitu TIU (Tujuan Instruksional Umum), dan TIK
(Tujuan Instruksional Khusus).
Perumusan
tujuan instruksional khusus, misalnya akan mempengaruhi kemampuan yang
bagaimana yang terjadi pada diri anak didik. Proses pengajaran pun
dipengaruhinya. Demikian juiga penyeleksian metode yang harus guru gunakan di
kelas. Metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak
diisi ke dalam diri setiap anak didik. Artinya, metodelah yang harus tunduk
kepada kehendk tujuan dan bukan sebaliknya. Karena itu, kemampuan yang
bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya.
2.
Perbedaan Anak Didik
Perbedaan
individual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis ,
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana yang sebaiknya guru ambil
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam sekon yang cukup lama
demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional.
Dengan demikian, jelas kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode pengajaran.
3.
Guru
Setiap
guru mempunnyai kepribadian yang berbeda dan juga latar belakang pendidikan
yang berbeda pula. Kurangnnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi
krndala dalam memilih dan menentukan metode.itulah yang biasanya dilakukan oleh
mereka yang bukan berlatar belakang pendidikan guru. Apalagi belum memiliki
pengalaman mengajar yang memadai.sungguh pun begitu baik dia berlatar belakang
signipikan guru mmaupaun dia yang berlatar belakang bukan pendidikan guru, dan
sama-sama minim pengalaman mengajar dikelas cenderung sukar memilih metode yang
tepattetapi ada juga yang tepat memilihnya namun dalam pelaksanaannya menemui
kendala disebabkan labilnnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan atau metode
yang digunakan. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar
belakang pendidikan, danpengalaman mengajar adalah permasalahan interen guru
yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
4.
Situasi
Situasi
kegiatan belajar mengajar mengajar yang guru ciptakan tidak semuannya sama dari
hari ke hari. Pada sewaktu-waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi
belajar mengajar dialam terbuka yaitu diluar ruang sekolah. Maka guru dalam hal
ini tentu memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan
itu. Dilain waktu sesuai dengan sifat bahan kemampuan yang ingin dicapai oleh
tujuan maka guru menciptakan lingkungan belajar anak didik secara berkelompok.
Dalam hal ini tentu saja guru telah memilih metode mengajar untuk membelajarkan
anak didiknya yaitu metode problem solving. Demikianlah situasi yang diciptakan
guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode belajar.
5.
Fasilitas
Fasilitas
adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidak
fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode pengajar. Ketiadaan labolatorium
untuk praktik misalnya kurang mendukungmetode experiment atau demonstrasi.
Demikian juga halnya ketiadaan fasilitas olahraga tentu sukar bagi uru
menerapkan metode latihan.
Ø
Dampak Metode Pembelajaran
Metode
yang digunakan oleh guru hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode tersebut
mendatangkan hasil baik dalam waktu dekat maupun dalam waktu yang relative
lama.Hasil yang didapat dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung
(intructional effect, efek instruksional). Sedangkan hasil yang dirasakan dalam
waktu yang relative lama dikatakan sebagai dampak pengiring (nurturant effect,
efek pengiring).
Dampak
langsung adalah tujuan yang secara langsung dicapai melalui program pengajaran
yang dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan peristiwa interaksi
edukatif. Hasil yang akan dicapai biasanya berkenaan dengan cognitif domain
(pengetahuan) dan psychomotor domain (keterampilan). Kedua domain ini dapat
diukur dengan pasti dan karenanya dapat dicapai seketika itu.
Dampak
Pengiring adalah hasil pengajaran yang tidak langsung dapat diukur dan tidak
mesti dicapai ketika berakhirnya suatu pertemuan interaksi edukatif, tapi
hasilnya diharapkan berpengaruh pada anak didik dan akan mengiring atau
menyertai belakangan, memerlukan waktu dan atau tahapan pertemuan-pertemuan
interaksi edukatif selanjutnya.
Biasanya
dampak pengiring ini berkenaan dengan affectife domain (sikap dan nilai).
Dengan demikian dampak pengiring ini hasilnya berupa sikap dan nilai atau
merupakan hasil dimana anak didik dapat meniru (modeling), tertulari
(contagion),dan dirembesi (osmosis) pengetahuan, keterampilan dari sikap dan
kondisi belajar yang diprogramkan guru.
2.5 Macam-macam Metode Mengajar
Bernilai Interaksi Edukatif
Kegiatan interaksi edukatif, merupakan kegiatan komunikasi dua arah antara
guru dan siswa yang diikat oleh. Kegiatan edukatif dikatakan terwujud apabila
tujuan yang mengikat kegiatan itu (tujuan intruksional) tercapai atau dapat
dikuasai siswa.
Untuk menciptakan interaksi edukatif seperti yang dimaksudkan, guru dapat
memperhatikan batas kemungkinan berbagai metode interaksi. Berikut adalah
macam-macam metode mengajar bernilai interaksi edukatif :
2.5.1
Pemberian Informasi Melalui Metode Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui
penerangan, penuturan secara lisan oleh seseorang (guru) terhadap sekelompok
pendengar (siswa). Dalam pelaksanaannya kadang-kadang guru dapat menggunakan
alat-alat pembantu untuk menjelaskan penuturannya. Alat utama interaksi
edukatif ini adalah secara “lisan”.
Sebagai pertimbangan, apakah metode interaksi ini sesuai
ditetapkan dalam situasi tertentu, pertama-tama guru harus mempersonal kapankah
ceramah itu tepat digunakan? Secara umum pemberian informasi melalui metode
ceramah wajar dipergunakan apabila :
a)
Fakta
atau pendapat yang akan disampaikan tidak terdapat dalam sumber lain (bahan
bacaan), sehingga fakta itu hanya dapat disampaikan apabila terjadi interaksi
langsung antara guru dengan siswa,
b)
Yang menerima
fakta atau pendapat adalah dalam jumlah relatif banyak, sehingga metode
interaksi yang lain tidak mungkin digunakan, dan
c)
Guru
akan memperkenalkan pokok/materi baru dalam rangka menghubungkan dengan hasil
interaksi yang telah terjadi sebelumnya.
2.5.2
Membuka Dialog Melalui Tanya Jawab
Sebagai bentuk interaksi edukatif, metode tanya jawab dapat
digunakan apabila dalam interaksi belajar mengajar guru mempunyai maksud :
a)
Menciptakan
terjadinya interaksi antara materi pelajaran yang sudah diperolehnya (pelajaran
yang lampau) dengan materi yang akan diajarkan.
b)
Merangsang
siswa untuk ikut serta (aktif) dalam kegiatan belajar-mengajar (sebagai
selingan) sehingga perhatian siswa tetap terpusat pada materi yang diajarkan.
Dibandingkan dengan metode ceramah, metode tanya-jawab ini
akan mampu menghasilkan interaksi yang lebih (aktif), karena siswa diberi
kesempatan untuk mengemukakan hal-hal yang belum dimengerti, sehingga tampak
hal-hal yang sudah jelas dan hal-hal yang belum jelas. Perbedaan pendapat yang
terjadi dapat dibawa ke arah suatu diskusi sehingga tercipta interaksi yang
lebih luas.
Kadang-kadang memang terjadi penyimpangan dari pokok
persoalan, yang disebabkan siswa diberi kesempatan untuk memberi jawaban, dan
mengemukakan pertanyaan. Kendala ini diatasi, apabila dalam kegiatan interaksi
itu guru telah menetapkan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang akan
dikemukakan dengan menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak
menyimpang dari pokok persoalan.
2.5.3
Mencari Alternatif Melalui Metode Diskusi
Metode interaksi
melalui kegiatan diskusi ini dimaksudkan, bahwa dalam pemecahan suatu masalah
diperlukan macam-macam pemikiran dalam mencari jalan yang terbaik, adanya kerja
sama dan musyawarah. Dan juga bilamana diskusi menghasilkan suatu keputusan
yang perlu dikerjakan, maka harus dikerjakan bersama-sama pula. Melalui diskusi
ini etiap anggota kelompok dapat turut serta dalam kegiatan kelompok,
bermusyawarah, mencari dasar-dasar keputusan atas persetujuan bersama.
Menciptakan interaksi
dengan mempergunakan metode diskusi ini, dapat empertinggi keikutsertaan setiap
anggota secara individual dan akan mempertinggi partisipasi kelompok secara
keseluruhan sehingga interaksi lebih meluas tidak hanya terbatas pada
antarsiswa, akan tetapi juga interaksi antar kelompok.
Interaksi melalui
diskusi dapat berjalan dengan efektif apabila guru sebagai pemimpin diskusi
berperan sebagai pemimpin diskusi yang baik. Tiga hal yang dapat mendasari
pemimpin diskusi menjalankan tugasnya dengan baik yakni :
1.
Pemimpin
diskusi sebagai pengatur lalu lintas atau jalannya diskusi,
2.
Pemimpin
sebagai dinding penangkis, dan
3.
Pemimpin
sebagai petunjuk jalan.
2.5.4
Meningkatkan Keterampilan Melalui Latihan
Mengadakan interaksi melalui latihan utuk meningkatkan
keterampilan, dengan latihan berkali-kli atau terus-menerus terhadap apa yang
dipelajari dapat diperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan yang sempurna.
Melalui latihan ini diharapkan siswa dapat memperoleh respon
setiap kali siswa mengulangi keterampilan itu. Dalam interaksi ini guru harus
dapat menjadikan penampilan siswa dalam latihan sebagai respons. Apabila
situasi belajar ini dapat diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut adanya
penyesuaian yakni adanya respons yang berubah maka keterampilan akan menjadi
lebih sempurna. Guru dalam hal ini harus menyadari bahwa untuk terciptanya
keterampilan yang sempurna membutuhkan waktu yang relatif lama, sekalipun adanya
keterampilan-keterampilan yang dapat dicapai dalam waktu yang relatif singkat.
Mengadakan interaksi melalui latihan untuk meningkatkan
keterampilan, mempunyai kemungkinan berhasil apabila memenuhi syarat-syarat
berikut :
a)
Latihan-latihan
ditujukan untuk keterampilan tindakan atau penampilan yang bersifat otomatis.
b)
Latihan
harus memiliki arti dalam rangka bertingkah laku yang lebih luas. Sikap ini
akan terbentuk apbila siswa tahu arti latihan, kegunaan latihan untuk kehidupan
selanjutnya, dan latihan yang dijalaninya merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari kegiatan belajar.
c)
Nilai
latihan pada tahap pertama ditekankan pada sifat
diagnotik artinya pada taraf
permulaan jangan diharapkan sempurna, dan setelah melalui latihan berkali-kali
(dengan peniadaan respons yang tidak tepat), sampai akhirnya benar-benar
menguasai dan baru kemudian dikembangkan tingkat penguasaannya.
d)
Pada
latihan awal yang diutamakan adalah ketepatan, kemudian barulah kecepatan dan
pada akhirnya kedua-duanya harus tercapai sebagai kesatuan.
e)
Waktu
latihan secara relatif harus singkat, akan tetapi pengulangannya yang
diperbanyak.
f)
Suasana
pada saat latihan harus menarik dan menyenangkan.
g)
Latihan
harus memperhatikan tingkat perbedaan individual.
2.5.5
Mengalami melalui Demontrasi dan Eksperimen
Metode interaksi
edukatif ini, sangat efektif untuk membantu para siswa memecahkan suatu
persoalan yang berkaitan dengan pertanyaan bagaimana
prosesnya, terdiri dari unsur apa, dan bagaimana dapat dibuktikan kebenarannya melalui
pengamatan induktif.
Dengan melaksanakan demonstrasi siswa akan berpartisipasi
aktif untuk memperhatikan proses terjadinya sesuatu, atau proses tentang cara
kerjanya sebuah mesin. Interaksi edukatif ini benar-benar akan efektif. Hal ini
disebabkan, perhatian siswa diarahkan pada hal-hal yang dianggap penting
sehingga hal-hal yang penting itu dapat diamati sepenuhnya.
Pengalaman-pengalaman praktek hanya diperoleh, apabila siswa turut aktif
melakukan sesuatu. Disamping itu, segala permasalahan yang timbul (pertanyaan
dari siswa) dapat dijawab dengan teliti.
Selama berlangsungnya demontrasi, guru harus memperhatikan
apakah penjelasan-penjelasan dapat didengar oleh semua siswa dengan jelas, dan
aakah alat ditempatkan pada posisi yang tepat sehingga dapat diamati dengan
jelas oleh siswa. Guru juga menjelaskan kepada siswa, hal-hal yang perflu untuk
dicatat.
Mengadakan interaksi belajar-mengajar melalui metode
eksperimen ini, sehingga siswa yang aktif mengambil bagian dalam belajar. Siswa
tidak hanya melihat orang lain menyelesaikan suatu percobaan tetapi juga
melakukan sendiri dan ia mendapatkan kepandaian-kepandaian yang diperlukan. Di
samping itu, siswa juga mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan
kegiatan atau langkah-langkah berpikir ilmiah.
Untuk menerapkan metode eksperimen sebagai metode interaksi
edukatif perlu diperhatikan beberapa sarana berikut :
1.
Jelaskan
tujuan penyelenggaraan eksperimen kepada siswa, sehingga siswa
mengetahuipertanyaan-pertanyaan yang perlu di jawab dengan eksperimen.
2.
Musyawarahkanlah
bersama-sama dengan siswa mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah dalam eksperimen, bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang
perlu dikendalikan dan hal-hal lain yang perlu di catat.
3.
Bantulah
siswa untuk mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan, apabila memang hal itu
dipandang perlu.
4.
Setelah
eksperimen berlangsung, siswa perlu dirangsang untuk membandingkan denan hasil
eksperimen kelompok/orang lain dan mendiskusikannya bila terjadi
perbedaan-perbedaan atau kekeliruan.
2.5.6
Menguji Kemahiran melalui pelaksanaan tugas
Metode pelaksanaan tugas dimaksudkan untuk menguji kemahiran
atau kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas (belajar) dan kemudian mampu
mempertanggung jawabkan nya.
Mengadakan interaksi edukatif, melalui metode pelaksanaan
tugas bertujuan untuk merangsang siswa berusaha lebih baik, memupuk inisiatif,
bertanggung jawab dan berdiri sendiri melalui kegiatan kurikuler.
Keberhasilan interaksi edukatif melalui metode pemberian
tugas dipengaruhi oleh jelas tidaknya aspek-aspek yang perlu dipelajari siswa
dan apakah tugas yang diberikan didasarkan atas perbedaan individual atau
tidak. Sebab tugas yang diberikan secara umum akan menyulitkan siswa dalam
penyelesaiannya.
Memang, kemungkinan terjadi bahwa tugas yang dikerjakan hanya
meniru pekerjaan orang lain, atau bahkan dikerjakan orang lain, dengan demikian
tidak melalui peristiwa belajar. Sswa yang menempuh jalan ini akan mengalami
kesulitan dalam mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya.
2.5.7 Memperluas cakrawala melalui karya
wisata
Dengan bimbingan guru, siswa mengunjungi tempat tertentu
dengan maksud untuk belajar, Interaksi edukatif melalui karya wisata ini,
dimaksudkan untuk member kesempatan kepada siswa mengamati kenyataan yang
bermacam-macam secara langsung sehingga dapat menghayati pengalaman-pengalaman
baru dengan mencoba ikut serta di dalam suatu kegiatan.
Dengan karya
wisata, siswa dapat menjawab permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan dengan
berinteraksi secara langsung dengan objek permasalahannya.
5.5.8 Memupuk kegotongroyongan melalui
Kerja Kelompok
Mengadakan interaksi edukatif melalui kerja kelompok
diterapkan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang dilakukan secara gotomng
royong. Kelompok disini dipandang sebagai satu-kesatuan tersendiri karena yang menjadi
anggota kelompok tersebut diikat oleh aturan-aturan kelompok yang sudah
disepakati bersama.
Interaksi edukatif
melalui kerja kelompok keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh struktur kerja
kelompok. Struktur yang dapat mendukung tercapainya tujuan belajar, adalah
sebagai berikut :
a.
Setiap
anggota kelompok harus mengerti apa dan mengapa anggota kelompok berbuat
sesuatu
b.
Pembagian
kerja dilakukan secara adil sesuai dengan kemampuan anggota.
c.
Pemecahan
terhadap sesuatu masalah yang dihadapi akan berhasil bila digerakkan melalui
motivasi kelompok
d.
Guru
mencegah terjadinya persaingan kerja antara kegiatan diluar kelompok dengan
tugas dalam kelompok
e.
Guru
menguasai variabel yang terdapat dalam kelompok, sehingga memudahkan untuk
pengendaliannya. Seperti variabel kecerdasan individual, hubungan emosional
antara individu dengan individu lainnya.
BAB III
PENUTUP
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai
edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak
didik. Interaksi yang bernilai edukatif karena kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan, diarahkan untuk mencpai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna
kepentingan pengajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut
adalah, bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh
anak didik secara tuntas. Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik,
akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan ssuatu metode yang sesuai dengan
tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan
metode yang tepat, sesuai dengan standar yang terpatri di dalam suatu tujuan. Oleh karena itu sangat
diharapkan seorang guru memahami penggunaan metode dan dapat menerapkannya
dalam kondisi yang sesuai dengan kebutuhan sehingga apa yang menjadi tujuan
pendidikan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Sri Anitah Wiryawan. Dra, Noornadi.Th. Drs, I.G.A.K Wardani. Dr, 1992, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Roestiyah N.K.Dra,1998, Strategi
Belajar Mengajar, Cetakan II, Jakarta: Rineka
Cipta
H. Abu Ahmadi. Drs, Joko Tri Prasetya. Drs, 2005, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia
Syaiful Bahri Djamara, Aswan Zain. Drs, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta
http://www.wikipedia.com
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar